Syiah Arab Saudi Tuntut Pembebasan Aktivis
RIYADH, SATUHARAPAN.COM - Sekitar 1.000 anggota kelompok minoritas jamaah Syiah Arab Saudi berkumpul di masjid pada hari Jumat (27/11) menuntut pembebasan bagi aktivis mereka yang dijatuhi hukuman mati di negara itu. Termasuk di antara mereka adalah anak berusia 17 tahun ketika dia ditangkap, kata seorang warga.
Dia mengatakan kegiatan doa dan khotbah yang diselenggarakan di Masjid Imam Hussein di kota Amawiya itu banyak didatangi jemaah Syiah dari Qatif dan kota di dekatnya di wilayah Al-Ahsa.
"Mereka berkumpul untuk menuntut kebebasan mereka," kata warga kepada AFP dan meminta tidak disebut namanya demi keamanan.
Seruan mereka terkait keluarga dari salah satu aktivis Syiah yang dijatuhi hukuman mati setelah melkukan memprotes, menyuarakan keprihatinan atas nasib mereka. Sementara kelompok hak asasi memperingatkan kemungkinan eksekusi dilakukan segera.
Hukuman terhadap Ali al-Nimr, baru 17 tahun ketika dia ditangkap pada bulan Februari 2012, telah mengundang kecaman internasional terhadap Arab Saudi, termasuk tuduhan dia disiksa.
Paman Ali al-Nimr, Jaffar, mengatakan kepada AFP pada hari Jumat (27/11) bahwa keluarganya khawatir "pemerintah serius, sangat serius" tentang hukuman itu.
Jaffar al-Nimr mengatakan keponakannya melaporkan bahwa dia telah menjalani pemeriksaan kesehatan setelah keluarganya berbicara kepadanya dua pekan lalu.
Lebih dari 50 Terpidana Mati
Amnesty International memperingatkan pada hari Kamis (26/11) bahwa Ali al-Nimr adalah di antara lebih dari 50 orang, termasuk aktivis Syiah lainnya, dan meningkatnya risiko dihukum mati segera.
Ibunya dan ibu-ibu dari tahanan lainnya memohon grasi kepada Raja Salman setelah mempelajari adanya persiapan terkait dengan eksekusi yang akan dilakukan, kata kelompok hak asasi manusia yang berbasis di London.
Kasus Ali al-Nimr telah mendorong upaya meminta grasi dari Prancis, sementara Amerika Serikat menyatakan "keprihatinan yang mendalam" atas kasus ini.
Aktivis mengatakan bahwa Ali al-Nimr adalah salah satu dari tiga demonstran Syiah yang masih di bawah umur saat mereka ditangkapa dan telah dijatuhi hukuman mati. Mereka telah menempuh semua prosedur hukum.
Sementara menurut Amnesty, "Hukum internasional melarang penggunaan hukuman mati terhadap siapapun di bawah usia 18 tahun." Dan ditambahkan bahwa ada "tuduhan yang meyakinkan " bahwa tiga pemuda telah disiksa.
Bergantung Raja Salman
Nasib mereka sekarang terletak pada Raja Salman, yang oleh aktivis disebutkan harus memberikan persetujuan akhir sebelum hukuman mati dilakukan.
Tentang kasus saudara Jaffar al-Nimr ini, ulama Syiah Nimr al-Nimr, juga bergantung pada keputusan Raja Salman setelah Mahkamah Agung bulan lalu memperkuat hukuman mati atas dakwaan penghasutan.
"Mereka adalah orang-orang damai," kata Jaffar al-Nimr. "Mereka bukan penjahat." Ulama Masjid Imam Hussein di Awamiya itu adakah penganjur di belakang protes yang meletus pada tahun 2011 di bagian timur Arab Saudi, di mana tingga sebagian besar warga Syiah di negara itu.
Tuntut Kesetaraan
Protes berkembang menjadi seruan untuk kesetaraan di dalam pemerintahan kerajaan yang didominasi Islam Sunni, di mana banyak Islam Syiah mengeluh dimarjinalisasi.
Amnesty mengatakan Nimr al-Nimr adalah di antara enam aktivis Syiah yang berisiko segera eksekusi dan yang "jelas divonis bersalah dalam pengadilan yang tidak adil".
Kelompok hak asasi manusia awal bulan ini melaporkan bahwa terjadi lonjakan eksekusi di Arab Saudi, di mana 151 orang dihukum mati tahun ini.
Namun Pejabat Saudi Press Agency (Kantor berita Arab Saudi) mengatakan bahwa salam beberapa pekan terakhir telah terjadi penurunan tajam dalam eksekusi. Dan Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir, hari Kamis (26/11) diserang pertanyaan tentang kasus blogger Arab Saudi, Raef Badawi, yang dihukum cambuk dan 10 tahun penjara karena didakwa menghina Islam.
"Kami berharap negara-negara lain untuk menghormati sistem hukum kami," katanya.
Awamiya, dekat Dammam di pantai Teluk, telah berulang kali menjadi tempat insiden masalah keamanan sejak protes dimulai. Pada bulan Oktober, tembakan terjadi ketika polisi menutup kota, di mana petugas mengatakan mereka menemukan sejumlah besar amunisi ketika mereka menyerbu daerah pertanian.
Pada bulan April, kementerian dalam negeri mengatakan polisi tewas dalam tembak-menembak dengan "teroris" di Awamiya.
Tapi kelompok Syiah yang memenuhi Masjid Imam Hussein pada hari Jumat menolak tuduhan kekerasan itu. "Mereka menolak setiap bentrokan antara masyarakat dan pemerintah," kata warga.
Sudinkes Jaksel Tangani Pengobatan ARV 655 Pengidap HIV
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan menangani sebanyak...