Tambang Emas Bawa Kerusakan Lingkungan dan Kemiskinan Warga Kecamatan Sekongkang NTB
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) bersama Kepala Desa Tongo Sejorong, Hasanuddin, dan Kepala Desa Sekongkang Bawah, Rahmat Hidayat mewakili masyarakat desa mereka menggelar konferensi pers di kantor Jatam, pada Senin ini (26/8), di Jakarta.
Kehadiran kedua kepala desa dari kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) ini, menuntut kewajiban dan pertanggungjawaban kepada pihak perusahaan pertambangan berkaitan dengan dampak kerusakan lingkungan hidup yang berasal dari PT. Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT).
“Kita menginginkan kepada Newmont (yang diberikan) itu jangan bantuan, tetapi kewajiban PT Newmont karena ada daerah-daerah yang dihancurkan (adalah lingkungan masyarakat). Di sana itu buang tailing ke laut kita, buang limbah rumah tangga ke sungai kita,” kata Hasanuddin.
Selanjutnya, Hasanuddin menilai, bahwa pemberdayaan yang dilakukan Newmont selama ini tidak tepat sasaran dan banyak diselewengkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Dia juga mengatakan bahwa pendidikan bagi warganya sangat tertinggal jauh dibandingkan dengan wilayah lainnya.
“Alih-alih mendapatkan desanya maju karena industri tambang, warga malah mendapati lingkungan yang rusak, dan sungai tercemar. Pembuangan tailing tidak hanya di teluk Senunu, tapi juga di sungai Tongo Sejorong,” kata dia menyayangkan.
Rugikan Warga
Menurut keterangan Jatam kepada pers, serangkaian kasus PT. NNT masih berlangsung hingga saat ini dan sangat merugikan warga kabupaten Sumbawa Barat. Mulai dari aktivitas pembuangan limbah tambang ke dalam laut yang mencemari Teluk Senunu, pencemaran Sungai Sekongkang, dan membuka 198,65 hektar hutan untuk menampung material tambang, hingga kasus-kasus yang bersentuhan langsung dengan masyarakat terkena dampak tambang.
“Dari tahun 2004 sampai dengan saat ini (2013), sungai Sejorong tidak boleh dipakai mandi karena pencemarannya luar biasa,” kata Hasanuddin.
Selain sungai, warga desa mereka juga kehilangan mata pencarian mereka sebagai petani setelah kehadiran Newmont. “Bambu itu kepentingan warga setempat, sekitar seratus lima puluh ribu pohon tenggelam (musnah) dekat bendungan tambang Newmont. Juga pohon Nao (enau yang diambil untukmembuat gula), tidak diberikan kompensasi,” ungkap kepala Desa itu menyesalkan.
Sementara itu dalam laporan Jatam, bahwa sudah belasan tahun aktivitas pertambangan PT. NNT beroperasi, namun kemiskinan dan gizi buruk selalu membayangi warga setempat hingga saat ini. ”Belum ada rencana pasca tambang yang jelas dari PT. NNT. Itu menimbulkan keresahan di masyarakat. Aktivitas ekstraktif dilakukan semata hanya untuk keuntungan pihak pemodal, sedang warga tidak mendapat keuntungan yang signifikan,” kata pihak Jatam.
“Warga selalu diberikan janji-janji manis (PT. NNT). Tapi ketika sosialisasi warga tidak dijelaskan tentang nilai-nilai ekonomis yang hilang dan mata pencarian dari warga setempat. Sebaliknya, program community development dan CSR yang dijanjikan malah menimbulkan konflik di antara warga sendiri, seperti kesejangan sosial dan lainnya,” ungkap Emergency Response Jatam, Ki Bagus.
“Ingkar janji selalu menjadi karakter dari industri keruk (pertambangan). Keberadaan PT Newmont Nusa Tenggara tidak membawa kesejahteraan bagi warga NTB, khususnya di kabupaten Sumbawa Barat,” demikian Jatam melukiskan wajah industri pertambangan.
Tuntutan Warga
Dalam pertemuan itu, kedua kepala desa itu mengharapkan adanya perbaikan untuk masyarakat sekitar tambang, seperti diberikan pelatihan, pendidikan, dan pemberdayaan bermanfaat kepada masyarakat setempat. Menurut mereka, bantuan yang diberikan Newmont selama ini tidak menyejahterakan.
“Kalau masyarakat saya yang bekerja di PT Newmont, ya baiklah kelayakanlah. Tapi kalau bagi masyarakat yang tidak bekerja di PT Newmont sampai saat ini tidak mendapatkan apa-apa,” kata Hasanuddin membeberkan.
Mereka mengharapkan PT. NNT, transparan, dan memberikan pelayanan terbaik untuk korban tambang di desa mereka. “Selama ini air bersih ada, tetapi sebatas (untuk) mereka (Newmont). Listrik juga ada, tapi sebatas mereka ada,” kata kepala desa itu menambahkan.
Kepala Desa Sekongkang Bawah, Rahmat Hidayat menyampaikan lima tuntutan para warga desanya. Satu, scrap (besi bekas) untuk masyarakat imbas tambang diberikan sepenuhnya kepada warga setempat. Dua, Newmont membangun Balai Latihan Kerja (BLK) untuk masyarakat yang terkena imbas tambang untuk digunakan sebagai pelaksanaan pendidikan formal dan informal. Tiga, membangun tempat ibadah, sekolah dan menyediakan alat peraga pendidikan, jalan, dan jembatan. Empat, 50 persen dari total nilai projek tender diberikan kepada pengusaha lokal. Lima, menyediakan pelatihan dan pemberdayaan bagi warga sebagai peternak dan petani yang handal.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), persentase penduduk miskin NTB tahun 2010 (data hingga Agustus) cukup besar yang berada pada posisi ke enam dari 33 provinsi di Indonesia. “Dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 1.009.350 jiwa atau 21.55 persen di bawah provinsi NTT 23.03 persen (5), Sulawesi Barat 23.19 persen (4), Maluku 27.74 persen (3), Papua 34.88 persen (2) dan Papua Barat 36.80 persen (1),” seperti dilansir dari situs ntbprov.go.id.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...