Tambora Dalam Bidikan Lensa Kamera
YOGYAKARTA, SATUHARAPAN.COM -- 10 April 1815, Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) meletus hebat. Akibat dari letusan tersebut, gunung yang awalnya memiliki ketinggian 4.200 meter tinggal menyisakan 2.800 meter. Hilangnya sebagian Gunung Tambora ini akibat kuatnya letusan yang mengeluarkan material vulkanik hingga 160 Km Kubik (Km³).
Tercatat, kedahsyatan letusan Gunung Tambora mampu memberi dampak yang luar biasa. Tiga kerajaan yang berada di sekitar Gunung Tambora, seperti Kerajaan Pekat, Tambora, dan Sanggar hancur. Kerajaan Pekat dan Tambora musnah dan tidak ada satupun penduduk yang selamat. Sedangkan Kerajaan Sanggar rusak parah, namun masih terdapat keluarga kerajaan yang selamat.
Di luar Pulau Sumbawa, letusan Gunung Tambora juga membawa dampak yang sangat signifikan. Abu vulkanik yang mencapai Pulau Jawa dan Sulawesi menyebabkan gagal panen di sejumlah daerah. Di luar itu, letusan Gunung Tambora yang mengeluarkan Asam Belerang (H2SO4) dengan selubung bernama Aerosol menyebar ke seluruh dunia, memantulkan radiasi matahari, hingga menimbulkan cuaca dingin yang tidak normal.
Kedahsyatan letusan Gunung Tambora ini bahkan melebihi Gunung Krakatau yang meletus pada 1883. Jika ditilik dari material vulkanik yang dilontarkan, Gunung Krakatau ketika meletus mampu mengeluarkan 18 Km³ material vulkanik. Bandingkan dengan Tambora yang mengeluarkan 160 Km³ hingga membentuk kaldera dengan diameter 8 Km.
Kedahsyatan letusan Gunung Tambora sekira 200 tahun yang lalu tersebut, kini diperingati melalui pameran foto. Pameran yang digelar di Hotel Inna Garuda pada 12-17 November 2015 ini menampilkan 52 karya foto, seperti karya dari fotografer Agus Susanto/ Kompas berjudul “Danau Satonda, Danu Air Asin”, Eddy Hasby/ Kompas “Milky Way Tambora”, dan Ahmad Arif/ Kompas “Doro Apo Toi”.
Foto-foto yang dipamerkan dalam perhelatan berjudul “Pameran Foto 200 Tahun Letusan Gunung Tambora” tersebut merupakan hasil dari Ekspedisi Kompas yang bertajuk “Cincin Api”. Ekspedisi yang dilakukan pada pertengahan 2015 tersebut memotret sisa-sisa peninggalan akibat letusan Gunung Tambora, sekaligus kehidupan masyarakat di sekitarnya pascaerupsi Gunung Tambora.
“Tim Ekspedisi Kompas melakukan perjalanan ke Tambora pada pertengahan 2015. Foto-foto ini merekam jejak perjalanan tim hingga ke puncak Tambora,” demikian dijelaskan oleh panitia pameran, Muhammad Irfan Avib Azizi.
Di dalam pameran foto tersebut, tersaji sejumlah gambar tentang sisa-sisa erupsi gunung, misalnya foto sisa-sisa permukiman yang terpendam material letusan serta foto mangkuk keramik dari Dinasti Ching yang membuktikan telah ada hubungan perdagangan antara kerajaan di Sumbawa dengan bangsa Cina.
Selain foto-foto sisa erupsi, terdapat pula foto tentang kehidupan masyarakat Tambora saat ini. Foto-foto tersebut misalnya aktivitas warga dalam bertani dan bergotong-royong. Tak ketinggalan, keindahan Gunung Tambora beserta panorama alam di sekitarnya juga berhasil diabadikan dalam bidikan lensa kamera.
“Pameran ini digelar untuk memperingati 200 tahun meletusnya Gunung Tambora. Tujuannya untuk membuka mata masyarakat agar lebih tahu kehidupan di Tambora,” ujar Muhammad Irfan. tambora,
Editor : Bayu Probo
Jerman Berduka, Lima Tewas dan 200 Terluka dalam Serangan di...
MAGDEBURG-JERMAN, SATUHARAPAN.COM-Warga Jerman pada hari Sabtu (21/12) berduka atas para korban sera...