Tanah, dari sanalah aku berasal
Sewaktu aku remaja di sekolah dasar
Sulit mencerna apalagi menerima ungkapan
“Manusia berasal dari tanah“
Mana mungkin? Apa relevansinya?
Badan ku adalah daging hidup
Tanah adalah benda mati.
Semasa aku pemuda dan perkasa
Otak ku teguh berkuasa
Semakin tidak masuk logika akal
Menerima pernyataan “manusia adalah debu“
Sejatinya manusia adalah penakluk jagat raya
Semasa umur lebih dari setengah abad
Di saat udara panas, derasnya peluh berderai
Ku usap keringat di dahi dengan tangan tangan ku
Terlihat lapisan tanah yg kugapai di telapak tangan
Tersentaklah aku, . . .
Bagaimana tiba-tiba tubuhku penghasil tanah dari daki-daki ku
Semakin tangan menggosok lengan
Semakin banyak daki yang berubah menjadi tanah
Ternyata tidak harus mati organ menjadi tanah
Napas kehidupan masih bertahta,
Organ aus menghasilkan tanah sudah dimulai
Di sinilah aku disadarkan
Manusia berasal dari tanah/debu adanya
Suka atau tidak, rela ataupun mengelak
Semua yang namanya insan di bumi
Pasti kembali kepada habitat dari zaman sepanjang masa
Dari tanah kembali ke tanah
Dari debu kembali ke debu
Tanah yang kita injak-injak di bumi
Ternyata empunya tahta setiap insan
Tanah tempat seluruh bangunan bertumpu
Maha karya fondasi mengokohkan gedung pencakar langit menjulang
Insanlah yang menikmati hunian bebas air hujan bebas teriknya sinar matahari
Tanah tempat berjuta pohon raksasa lebat di hutan
Berakar, bertumbuh dan berbuah
Insanlah pemetik hasil buah buah ciptaan alam
Tanah tempat jutaan aneka fosil tertanam di dalamnya
Hasil tambang dari besi sampai titanium intan dan berlian
Insalah yg menghiasi diri dengan permata berkilau
Tanah pemangku seluruh harta dibumi
Tanah penopang lautan samudra raya, kapal-kapal di laut bebas berlayar
Tanahlah yang memungkinkan mobil hilir mudik meluncur di jalan raya
Tanah tidak pernah sedikikpun berontak ataupun mengeluh
Walau menanggung beban sejagat alam raya
Bila tanah berbatuk-batuk
Terdengalah gempa bumi menderu
Bila tanah di laut menari-nari
Terdengar gelombang pasang atau tzunami
Bila tanah tak sanggup mewadahi derasnya air hujan
Terdengarlah banjir bandang meyusuri bumi
Tanah penopang insan hidup
Dari tanah aku berasal
Dari tanah pula aku dapatkan makanan
Karena tanah kakiku bebas bertumpu, berjalan, berlari dan menari
Tanah engkau sungguh perkasa
Alam ciptaan Sang Maha Karya
Aku agungkan DIKAU yang bersemayam
Di balik alam semesta
Allah yang maha kasih dan maha murah
Tempat insan bertelut dan berteduh
Kepadamu kunaikan sembah dan syukur
Di hari hari setiap rayakan ulang tahunku
Selalu diingatkan bahwa
Kehadiranku di awal lahir dari rahim bunda tercinta
Pada waktunya nanti, kita semua akan kembali
Ke rahim ibu pertiwi yang tertanah dan bernusa
Pada hari akhirku
Roh ku kembali kepangkuan yang maha kuasa
Badan, raga dan organ tubuh tak bisa kubawa serta
Kutinggalkan dalam kesunyian berbantal kan tanah
Pada wakunya semua akan melebur
Menjadi tanah bergabung dengan tanah sejagat raya
Inilah kehidupan insan yg bersiklus dari tanah kembali menjadi tanah
Hilanglah makna hidup bila tidak mengenal dan dikenal sang khalik
Masa singkat di bumi hidup beriman dengan bijak menabur dan menuai kebajikan
Nikmati hidup kekal dalam keabadian bersama sang empunya waktu
Yang tanpa hitungan masa tanpa terbatas oleh waktu
Karena IA adalah alpha dan Omega
Selalu Ingatlah insan adalah musafir dibumi
Tempat numpang lewat sekedar minum
Menempu perjalanan menuju rumah abadi
Hidup terlalu singkat bila sibuk berpangku tangan
Apalagi hanya mengejar segala sesuatu yang tak bernilai abadi
Menaburlah kebajikan dalam kasih bertaut Firman
selagi umur masih diberi mengasihi dan dikasihi sang khalik
Jauh lebih berharga dari pada sebongkah intan berlian permata
Jadilah PENABUR kasih tanpa pilah dan pilih
Allah adalah kasih dan sumber kasih
Hiduplah dengan penuh waspada
BerKRIDA dengan karakter mulia
Menjadi WACANA terbaca dan berdampak luas
Mengenal khalik, mengenak diri
Jangan sampai melupakan diri
Apalagi tidak tahu diri
Bersiap-siaga seutuhnya seakan hari esok akan berakhir
Bersiap pula seakan “hidup seribu tahun lagi“
Seperti gubahan syair khairil Anwar berjudul “AKU“
Ku mau hidup seribu tahun lagi atas perkenan MU
Semoga renungan tentang tanah dan debu ini
Menolong kita senantiasa sadar diri dan waspada diri
Setiap kita saat memperingati HARLAH ,setiap hari setiap detik
waktu adalah kesempatan agar menjadi kairos
Momentum mengingat Allah sumber kehidupan
Sumber harapan dan sumber semangat
Sambil mengingat bahwa Kita hadir disini
Karena orang tua dan leluhur di atas kita hormati dan kasihi mereka
Juga karena ALLAH MAHA HADIR, SERBA HADIR dengan roh kudusNYA
DISINI DAN SAAT INI dan sepajang perjalanan hidup kita
Salam sehat sejahtera dan Selamat berbahagia bagi kita
yang merenungkan dan memberlakukan firmanNYa
Editor : Eti Artayatini
Pep Guardiola Balas Ejekan Fans Liverpool dengan Enam Trofi ...
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Pelatih Manchester City Pep Guardiola mengingatkan para penggemar Liverpo...