Tanggapan Dunia: Secepatnya Transisi Demokratis di Mesir
KAIRO, SATUHARAPAN.COM - Tak lama setelah komandan militer Mesir mengumumkan pengambil-alihan kendali negara dan melucuti kekuasaan Mohammed Morsi, berbagai negara memberikan tanggapan atas situasi di Mesir. Banyak yang mengharapkan Mesir segera pulih ke dalam pemerintahan yang demokratis, namun sebagian mengritik intervensi militer.
Intervensi militer di Mesir direspon beragam oleh sejumlah negara. Beberapa negara di Timur Tengah memuji tindakan tentara, namun Inggris dan Amerika Serikat menyikapinya dengan peringatan yang tegas.
AS bahkan telah memerintahkan evakuasi wajib kedutaan besarnya di Kairo. Hal itu dilakukan hanya beberapa jam setelah tentara menggulingkan Morsi. Sebuah travel advisory kemudian menegaskan bahwa "Departemen Luar Negeri memerintahkan keberangkatan non-darurat personil pemerintah AS dan anggota keluarga dari Mesir, karena kerusuhan politik dan sosial yang sedang berlangsung."
Namun demikian, sejumlah negara mengharapkan rakyat Mesir akan menjalani transisi ini secara damai dan membentuk pemerintahan sipil yang demokratis. Berikut ini tanggapa sejumlah negara atas perkembangan di Mesir:
Uni Eropa: Konstitusi dan Pemerintahan Inklusif
Uni Eropa menyerukan semua pihak di Mesir untuk kembali ke proses demokrasi. "Saya mendesak semua pihak untuk cepat kembali ke proses demokrasi, termasuk penyelenggaraan pemilihan presiden dan parlemen yang bebas dan adil. Persetujuan konstitusi harus dilakukan dengan cara yang sepenuhnya inklusif, sehingga memungkinkan negara itu untuk melanjutkan dan menyelesaikan transisi demokrasi," kata Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis (4/7).
Ashton mengharapkan pemerintahan baru Mesir akan sepenuhnya inklusif. Dia menekankan pentingnya memastikan penghormatan sepenuhnya terhadap hak fundamental dan aturan hukum.
"Saya sangat mengutuk semua tindakan kekerasan, menyampaikan belasungkawa saya kepada keluarga korban, dan mendesak aparat keamanan untuk melakukan segala daya mereka untuk melindungi kehidupan dan kesejahteraan warga Mesir," katanya.
Arab Saudi: Kersa Sama
Raja Arab Saudi, Abdullah, mengirimkan pesan ucapan selamat kepada Ketua Mahkamah Konstitusi Mesir, Adly Mansour, Rabu (3/7) yang diangkat sebagai kepala negara sementara setelah angkatan bersenjata menggulingkan Morsi.
"Atas nama rakyat Arab Saudi dan atas nama saya, kami mengucapkan selamat kepada kepemimpinan Anda dari Mesir dalam masa kritis ini. Kami berdoa agar Tuhan membantu Anda memikul tanggung jawab yang dibebankan pada Anda untuk mencapai persaudaraan kami dengan Mesir," kata pesan tersebut.
Prancis: Menghormati Pluralitas
Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius, mengatakan bahwa Paris menakankan pentingnya pemilihan umum di Mesir setelah periode transisi setelah tentara menggulingkan Presiden Mohammed Morsi.
"Dalam situasi yang memburuk dengan serius dan dengan ketegangan yang ekstrim di Mesir, pemilu baru akhirnya telah diumumkan, setelah masa transisi," kata Fabius dalam sebuah pernyataan.
Prancis berharap Mesir menghormati perdamaian, masyarakat sipil, pluralisme, kebebasan individu dan transisi demokratis, sehingga rakyat Mesir bisa bebas memilih pemimpin mereka dan masa depan mereka, tambahnya.
Suriah: Akhir Islam Politik
Presiden Suriah, Bashar al-Assad memuji protes rakyat Mesir terhadap pemimpin mereka dan berkata penggulingan oleh militer berarti akhir dari "Politik Islam". Assad, yang berusaha menghadapi pemberontakan terhadap pemerintahannya sendiri, seperti dikutip Al Jazeera, mengatakan Mesir telah menemukan "kebohongan" dari Ikhwanul Muslimin.
Dia berbicara dalam sebuah wawancara dengan surat kabar yang dikelola negara Al-Thawra yang akan dicetak pada Kamis ini. "Apa yang terjadi di Mesir adalah jatuhnya Islam politik," kata Assad. "Ini adalah nasib siapa pun di dunia yang mencoba untuk menggunakan agama untuk kepentingan politik atau faksi."
Uni Emirat Arab: Militer Sebagai Pelindung
Uni Emirat Arab juga menyambut perubahan di Mesir. Menurut kantor berita negara, WAM, negara itu memuji angkatan bersenjata Mesir. "Yang Mulia Abdullah bin Zayed al-Nahayan, Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab, menyatakan kepercayaan penuh bahwa orang-orang besar Mesir mampu melewati saat-saat sulit yang harus dilalui Mesir, katanya dalam sebuah pernyataan.
"Sheikh Abdullah mengatakan bahwa tentara Mesir mampu membuktikan bahwa mereka adalah pagar Mesir dan bahwa mereka adalah pelindung dan perisai yang kuat yang menjamin Mesir tetap menjadi negara hukum," tambahnya.
Inggris: Transisi Demokratis
Inggris mendesak untuk situasi yang lebih tenang di Mesir menyusul pemecatan Morsi oleh tentara, dan Inggris menentang penggunaan intervensi militer dalam membawa perubahan rezim di sana.
"Situasi ini jelas berbahaya dan kita mengharap semua pihak menahan diri dan menghindari kekerasan," kata Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague. "Inggris tidak mendukung intervensi militer sebagai cara untuk menyelesaikan sengketa dalam sistem demokrasi," kata Hague dalam pernyataan itu.
Inggris meminta semua pihak untuk bergerak maju dan menunjukkan kepemimpinan dan visi yang diperlukan untuk memulihkan dan memperbarui transisi demokrasi Mesir. "Sangat penting bagi mereka untuk merespons keinginan yang kuat rakyat Mesir untuk seceparnya memperbaiki ekonomi dan politik negara mereka," tegas Hague.
Hal ini harus melibatkan pemilihan umum yang adil dan pemerintah sipil. Dalam jangka panjang hanya proses demokrasi dan pemerintahan yang didukung rakyat yang akan membawa stabilitas dan kemakmuran yang diimpikan rakyat Mesir, katanya.
AS: Pemerintahan Sipil Yang Jujur
Amerika Serikat pada hari Rabu mengkritik militer Mesir. Tak lama setelah komandan militer Mesir mengumumkan bahwa Morsi, presiden pertama negara itu yang terpilih secara demokratis, telah digulingkan dan konstitusi ditangguhkan Departemen Luar Negeri AS menyatakan keprihatinan atas intervensi militer.
Presiden AS, Barack Obama, mengeluarkan pernyataan yang mengatakan ia sangat prihatin dengan keputusan militer Mesir untuk menggulingkan Morsi, dan mendesak negara itu kembali secepatnya ke pemerintahan sipil.
"Tidak ada transisi menuju demokrasi yang tanpa kesulitan, namun pada akhirnya harus tetap setia pada kehendak rakyat. Sebuah pemerintahan yang jujur, kuat dan representatif adalah yang diharapkan rakyat Mesir, kata Obama.
"Kemitraan antara Amerika Serikat dan Mesir didasarkan pada kepentingan dan nilai-nilai bersama, dan kami akan terus bekerja dengan rakyat Mesir untuk memastikan bahwa transisi Mesir menuju demokrasi akan berhasil," kata Obama. Namun demikian, AS juga menyerukan untuk segera dihentikannya intervensi militer.
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...