Tangisan Lorenzo Insigne
SATUHARAPAN.COM - Tak ada yang salah dengan tangisan. Semua orang boleh menangis: laki-laki–perempuan, anak kecil–dewasa, kaya–miskin. Meski dalam beberapa budaya, menangis identik dengan kesedihan dan juga kekecewaan, namun bisa juga tanda bahagia. Menangis kadang juga dihalalkan bagi orang yang santun, lemah-lembut, pendiam, dan tenang.
Setelah wasit meniup peluit tanda pertandingan final UERO U–21 usai dengan kedudukan 4–2 untuk Spanyol, sontak dua hal kontradiktif terjadi. Spanyol bergembira, sementara Italia tenggelam dalam duka.
Lorenzo Insigne (pemain Napoli)—nomor punggung 10—tak bisa menahan kesedihannya. Paras sangar kala memainkan si kulit bundar, serta tato ditubuhnya, tak mampu menyembunyikan sedu-sedannya.
Sekuat apa pun manusia, ia tetaplah manusia yang memiliki rasa. Rasa itulah yang membuatnya mampu merasakan kesedihan. Menangis itu, bagi Lorenzo Insigne, adalah ungkapan kesedihan jiwa manusia. Dengan itu, keberadaannya sebagai manusia masih terjaga. Itu berarti juga tanda bahwa kemanusiaannya masih ada.
Menangis bahkan bisa menjadi berkat karena dalam menangis tersembunyi harapan—esok akan lebih baik. Dunia belum kiamat. Lagi pula, semua ada waktunya—kata amsal orang bijak—ada waktu menangis, ada waktu tertawa.
email: inspirasi@satuharapan.com
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...