Tembus 13 Ribu… Be Creative!
Beli dan cintai produk Indonesia, ciptakan lebih banyak produk Indonesia.
SATUHARAPAN.COM – Alkisah ada seorang ibu memiliki 2 orang anak. Anak pertama berjualan payung, sedangkan anak kedua berjualan es goyang. Pada musim panas Sang Ibu mengeluh… dia kasihan kepada anak pertamanya yang jualannya kurang laku. Pada musim penghujan… dia mengeluh juga… sekarang penghasilan anak keduanya yang menjadi masalah…
Intinya... setiap keadaan selalu memberikan dampak positif dan negatif dalam waktu bersamaan. Kita selalu dapat menjadi optimis yang melihat gelasnya setengah terisi… atau pesimis yang melihat gelasnya setengah kosong…. Ada lagi orang ketiga… sebut saja dia orang bijak… yang sangat sadar bahwa… gelas yang setengah kosong adalah juga gelas yang setengah isi.
Apresiasi USD mau tidak mau mengakibatkan depresiasi kepada mata uang lain yang tidak ikut mengalami apresiasi. Dalam hal ini, penurunan nilai tukar tidak dialami Rupiah sendirian, banyak negara lain yang mengalami hal yang sama. Bahkan beberapa negara menempuh kebijakan mendepresiasi mata uangnya sendiri demi mengejar pertumbuhan ekonomi.
Di samping itu trend depresiasi Rupiah terhadap USD telah terjadi semenjak Januari 2012, dengan depresiasi terbesar terjadi sepanjang tahun 2013. (7 Januari 2013, 1 USD = Rp. 9.631,70, kemudian 6 Januari 2014, 1 USD = Rp. 12.032,00)
Tak dapat dipungkiri penurunan nilai Rupiah terhadap USD, yang baru-baru ini menembus angka psikologis Rp. 13.000,00, telah melontarkan sebagian pelaku pasar Indonesia dari zona nyaman. Pasar barang-barang elektronik dan komputer sepi. Semua industri yang menggunakan bahan baku dan suku cadang impor mengalami kesulitan….
Dan ini gelas setengah penuhnya… Pasar komoditi dan barang ekspor Indonesia mendapat kesempatan berkembang dan memperoleh keuntungan berlebih. Tujuan wisata tanah air menjadi lebih menarik bagi wisatawan mancanegara. Dan ini saatnya untuk membuktikan bahwa kita bangsa yang mampu bertahan!
Banyak yang dapat kita lakukan dalam menyiasati kondisi ini…. Mulai dari bersikap tenang dan tidak panik… tidak pula saling menuding. Kemudian… membenahi komoditi ekspor, barang ekspor, tempat wisata, kualitas tenaga kerja, dan etika bisnis demi meningkatkan pendapatan devisa. Beli produk impor yang penting-penting saja, misalnya obat-obatan. Pilih tempat berlibur di dalam negeri. Bertahan dengan barang-barang elektronik lama, komputer dan gawai kurang update. Beli dan cintai produk Indonesia, ciptakan lebih banyak produk Indonesia… ciptakan industri kreatif… Just be creative!
Kita telah melalui krisis serupa pada 2008, bahkan krisis yang lebih besar pada 1998… dengan izin Sang Khalik kita akan melalui yang ini juga…!
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Ibu Kota India Tercekik Akibat Tingkat Polusi Udara 50 Kali ...
NEW DELHI, SATUHARAPAN.COM-Pihak berwenang di ibu kota India menutup sekolah, menghentikan pembangun...