Terancam Punah, Dara-laut Cina Ditemukan di Perairan Indonesia
SATUHARAPAN.COM - Burung Indonesia bersama BirdLife International Asia Division, tiga mahasiswa Hong Kong University dari Ocean Park University Sponsorship Programme in Wildlife Conservation, dan aktivis konservasi lokal di Seram, mengkonfirmasi keberadaan dara-laut cina di dekat Pulau Seram, Maluku.
Burung Indonesia mengabarkan, hal tersebut diketahui setelah survei selama sepekan di perairan dekat Pulau Seram pada pertengahan Januari 2016. Tim survei mengkaji ancaman terhadap burung-burung laut di tempat itu maupun habitat mereka. Selain itu, tim juga mengunjungi universitas lokal dan institusi pemerintah setempat untuk kegiatan penyadaran terkait keberadaan dara-laut cina di area itu.
“Setidaknya seekor dara-laut cina dewasa serta kemungkinan satu dara-laut cina remaja terpantau selama survei ini,” tutur Simba Chan, tim survei dari BirdLife Asia.
Burung terancam kepunahan dengan status kritis tersebut terlihat berbaur dengan kumpulan dara-laut jambul yang berjumlah sekitar 250 ekor.
Meskipun memiliki nama dara-laut cina, burung dengan warna bulu dominan putih ini sebenarnya pertama kali ditemukan di Halmahera, Maluku Utara. Namun, sejak ditemukan pada 1861, burung ini tidak pernah terlihat lagi. Hingga lebih dari 100 tahun kemudian dara-laut ini ditemukan di Pulau Mazu, lepas pantai Provinsi Fujian, Tiongkok, pada tahun 2000.
Populasi Global 70 – 100 Individu Dewasa
Dara-laut (Thalasseus bersnteini) adalah burung laut di dalam keluarga Sternidae, masih berkerabat dengan burung camar.
Sejak ditemukan kembali, populasi dan keberhasilan reproduksi burung ini relatif rendah. Total populasinya, seperti disebutkan Burung Indonesia, diperkirakan tak lebih dari 50 ekor individu dewasa.
Populasinya meningkat setelah Dr Steve Kress dari National Audubon Society, mitra BirdLife di Amerika Serikat, memperkenalkan metode baru untuk menarik dara-laut bersarang di Pulau Tiedun Dao, Tiongkok. Hasilnya, pada kurun 2014-2015, 29 anakan dara-laut cina berhasil menetas di tempat itu. Saat ini, populasi globalnya pun diperkirakan naik menjadi 70—100 individu dewasa.
Pada 4 Agustus 2015, 31 anakan dara-laut (kemungkinan semua dari jenis dara-laut jambul yang berbagi koloni dengan dara-laut cina di Tiedun Dao) ditandai dengan bendera merah sebagai langkah awal untuk memahami pola migrasi burung ini.
Pada Desember 2010, seekor dara-laut cina terpantau oleh Craig Robson dan rombongan pengamat burung di dekat Pulau Seram. Catatan serupa kembali dilaporkan pada akhir tahun 2014 dan 2015 yang bersamaan dengan musim dingin di Tiongkok. BirdLife International dan Burung Indonesia meyakini tempat tersebut merupakan tempat menetap dara-laut cina selama musim dingin yang belum dipantau. Karena itulah tim survei ini dibentuk.
Editor : Sotyati
Otoritas Suriah Tunjuk Seorang Komandan HTS sebagai Menteri ...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penguasa baru Suriah telah menunjuk Murhaf Abu Qasra, seorang tokoh terkem...