Terbukti, Tubuh Manusia Kini Mengandung Sampah Mikroplastik
AUSTRALIA, SATUHARAPAN.COM – Sebuah penelitian terbaru menunjukkan manusia sudah kemasukan sampah mikroplastik. Namun apakah sampah mikroplastik dalam tubuh kita itu berbahaya bagi kesehatan?
Sebuah studi yang dimuat di jurnal Annals of Internal Medicine menyebutkan delapan partisipan penelitian semuanya memiliki sampah mikroplastik dalam kotoran mereka.
Delapan orang dewasa yang sehat yang berasal dari Eropa, Rusia, dan Jepang semuanya memiliki antara 18 sampai 172 partikel mikroplastik dalam buangan kotoran mereka, dengan sembilan bahan plastik yang berbeda.
Dan ini bukanlah penelitian pertama yang mengukuhkan bahwa selain binatang, manusia berulang kali menelan bahan mikroplastik.
Dari Mana Mikroplastik Berasal?
Penelitian sebelumnya menemukan, kemungkinan masuknya mikroplastik ke dalam tubuh manusia adalah lewat partikel plastik yang terbang di udara, dari air keran, dan bahkan kemungkinan dari air botolan.
Penelitian menunjukkan, air botolan rata-rata mengandung antara 118 sampai 325 partikel mikroplastik per liter.
"Air botolan adalah kontribusi terbesar masuknya mikroplastik ke dalam tubuh manusia." kata penulis laporan.
"Sekitar 90.000 partikel mikroplastik akan masuk ke dalam tubuh manusia per tahun bila orang tersebut hanya minum air dari botol," laporan tersebut melanjutkan.
Sumber lainnya adalah garam meja, menurut Thava Palanisami dari Universitas Newcastle di Australia, yang tidak terlibat dalam penelitian.
"Dalam prosesnya garam dibuat air laut, dan air laut mengandung mikroplastik," kata Dr Palanisasmi.
Dan karena banyaknya mikroplastik di dalam air laut, maka binatang laut seperti ikan, kerang dan binatang laut lainnya juga mengandung mikroplastik.
Apa Dampaknya terhadap Manusia?
Karena ini merupakan ladang penelitian baru, masih banyak yang belum diketahui mengenai dampak mikroplastik ini bagi ekosistem keseluruhan termasuk bagi manusia, kata Jennifer Lavers dari University of Tasmania.
Dan melakukan penelitian terhadap binatang laut juga susah dilakukan untuk mendapatkan bukti jangka panjang terutama untuk spesies yang besar.
"Bila kita ingin meneliti dampak plastik atau bahan kimia terhadap binatang, kita harus bisa menangkap dan mempelajari binatang tersebut selama beberapa waktu lamanya." kata Dr Lavers, yang dilansir abc.net.au, pada Selasa (17/9).
"Jadi katakan tuna, kita bisa menangkap tuna sekali, namun bagaimana kita bisa menangkap tuna yang sama berkali-kali."
"Dan kalau kita membayangkan binatang seperti paus, itu tidak mungkin bisa dilakukan."
Hal demikian juga terjadi pada manusia.
Saat ini, tidak banyak data tersedia untuk mengetahui dampak kesehatan mikroplastik terhadap manusia sehingga perlu dilakukan penelitian lebih banyak untuk mengetahui dampaknya.
Namun, untuk sementara karena mikroplastik tersebut ditemukan di buangan kotoran, menunjukkan bahwa plastik tidak mengendap dalam tubuh manusia.
Yang menjadi masalah adalah apa yang sebenarnya terjadi ketika mikroplastik ini berada dalam tubuh kita.
Menurut Dr Thava Palanisami dari Universitas Newcastle, salah satu bahan plastik yang berpotensi buruk terhadap kesehatan adalah Bisphenol (BPA).
“BPA dianggap berpotensi menyebabkan kanker. Juga ada bahan kimia lain yang berbahaya. Ada sekitar 10 bahan kimia dalam plastik yang berdampak terhadap kesehatan manusia." kata Dr Palanisami.
Sekarang semua bergantung pada seberapa banyak bahan berbahaya itu dalam sistem pencernaan manusia.
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...