Teroris Serang Markas Pendukung Moqtada al-Sadr di Irak
BAGHDAD, SATUHARAPAN.COM-Tujuh orang pejuang milisi Syiah tewas di utara ibu kota Baghdad, Irak, pada hari Kamis (12/12) ketika seorang pembom bunuh diri menyerang markas kelompok bersenjata yang dipimpin oleh ulama Syiah, Moqtada al-Sadr, kata militer dikutip AFP.
Serangan itu, yang juga melukai tiga orang lainnya, dilakukan oleh "seorang teroris bunuh diri," katanya, menggunakan istilah standar untuk kelompok Negara Islam atau ISIS.
Tidak ada kelompok yang langsung mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Serangan bom bunuh diri itu terjadi pada sore hari di dekat danau Tharthar di barat daya Samarra, yang merupakan markas kelompok-kelompok ekstremis lama, sekitar 100 kilometer utara Baghdad.
Pasukan Sadr, Saraya al-Salam (yang berarti Brigade Perdamaian) mengambil bagian dalam operasi militer Irak dalam melawan ISIS setelah para ekstremis merebut sepertiga wilayah Irak dan sebagian wilayah negara tetangganya, Suriah pada tahun 2014.
Pada akhir 2017, Irak menyatakan kemenangan atas ISIS, tetapi sel-sel tidurnya kelompok teroris itu terus melakukan serangan di seluruh negeri.
Protes Rakyat Irak
Irak terus dilanda kekacauan, dan yang terakhir adalah demonstrasi rakyat memprotes pemerintah yang tidak efktif dan korupsi yang merajalela. Demonstrasi memqsuki bulan ketiga dan ratusan orang tewas. Kasu belakangan terjadi serangan oleh orang bersenjata yang membunuh demonstran dan menculik aktivis.
Pihak Amerika Serikat mengatakan bahwa pemerintah Irak tidak boleh membiarkan "peristiwa kriminal tanpa hukum" berlanjut tanpa konsekuensi. Pernyataan ini dikeluarkan setelah seorang yang diyakini telah menembak para pengunjuk rasa tewas dan digantung di Lapangan Al-Wathba, Baghdad.
“Kedutaan Besar AS terus menerima laporan tentang gangguan pada warga, demonstran, dan aktivis yang diancam, diculik atau dibunuh. Tindakan-tindakan ini tidak boleh ditoleransi, dan pemerintah Irak tidak dapat membiarkan peristiwa kriminal tanpa hukum ini berlanjut tanpa tindakan,” kata Kedutaan Besar AS di Baghdad mengatakan dalam sebuah pernyataan.
“Kami mengutuk keras penggunaan kekerasan dan intimidasi untuk menghalangi demonstrasi yang damai, sah, dan adil. Peristiwa hari ini lapangan Al-Wathba yang mengerikan. Seperti yang telah kami katakan sebelumnya dan akan katakan lagi, Pemerintah AS mendukung keinginan Irak untuk keamanan, stabilitas, dan kedaulatan - yang tidak dapat terwujud sampai penculikan dan kekerasan berhenti," pernyataan itu menambahkan.
Polisi mengatakan bahwa terjadi perselisihan antara pria berusia 17 tahun dan pengunjuk rasa yang memuncak dengan jenazah pemuda digantung di lampu lalu lintas di dekat lapangan Tahrir, menurut kantor berita AFP.
Video yang disiarkan langsung secara online menunjukkan pasukan keamanan menarik diri sebelum kerumunan menyeret seorang pria di tanah sementara orang-orang menendangnya. Tubuhnya, hanya mengenakan celana dalam, kemudian digantung pada bagian kaki di tiang lampu lalu lintas.
Editor : Sabar Subekti
Kremlin: AS Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Serang Rusia Mem...
MOSKOW, SATUHARAPAN.COM-Kremlin mengatakan pada hari Senin ( 18/11) bahwa pemerintahan Presiden Amer...