Tersangka Bom Boston Marathon Akhirnya Diadili
BOSTON, SATUHARAPAN.COM – Setelah lebih dari 18 bulan, pengadilan terhadap tersangka pengebom perlombaan Boston Marathon, Dzhokhar Tsarnaev, akhirnya digelar.
Pemilihan juri dalam kasus melawan Tsarnaev, laki-laki berusia 21 tahun yang dituduh melakukan pengeboman Boston Marathon 2013, akan dimulai hari ini, Selasa (6/1), di bawah pengamanan ketat di gedung pengadilan federal Moakley di pusat kota Boston. Pemilihan juri adalah langkah pertama dalam pengadilan Federal yang menjadi perhatian banyak warga AS dengan tuntutan hukuman mati sejak kasus Timothy McVeigh pada pengeboman Oklahoma City pada 1995, meskipun Massachusetts menghapuskan hukuman mati tiga dekade lalu.
Tsarnaev dituduh meledakkan sepasang bom rakitan di tengah kerumunan ribuan penonton di garis finish pada Boston Marathon pada 15 April 2013. Ia mengaku tidak bersalah atas keseluruhan 30 tuduhan terhadapnya.
Juri, dipilih dari jajak pendapat sekitar 1.200 kandidat, akan memutuskan apakah Tsarnaev merencanakan dan melakukan pengeboman kembar yang menewaskan tiga orang dan melukai lebih dari 260 di dekat garis finish lomba. Secara total, lebih dari 3.000 orang menerima surat panggilan.
Pengacara Tsarnaev telah berusaha menunda sidang selama berbulan-bulan dengan alasan bahwa jajak pendapat juri Boston “tercemar karena jumlah penduduk setempat banyak yang terkoneksi dengan maraton tersebut.”
“Pemilihan juri diharapkan menjadi proses yang panjang karena liputan media yang luas dan ribuan pelari, penonton, dan lain-lain di daerah yang terkena dampak pengeboman,” Associated Press mencatat. “Proses ini juga bisa makin lambat jika calon juri mengungkapkan keberatan terhadap hukuman mati.”
Tsarnaev muncul di pengadilan untuk pertama kalinya sejak 2013 pada Desember lalu, memohon pada pengadilan untuk membebaskannya karena ia mengaku tidak bersalah atas tuduhan dugaan pengeboman terhadap dirinya. Pengacaranya mengajukan mosi untuk meminta sidang ditunda hingga September 2015. Permintaan mereka ditolak.
Salah satu tantangan untuk penuntutan adalah bisa menemukan juri yang tidak sepenuhnya menentang hukuman mati, yang dilarang di bawah hukum negara Massachusetts tetapi berlaku dalam kasus ini karena Tsarnaev menghadapi tuduhan federal.
“Banyak korban pengeboman dan keluarga mereka terbelah pendapatnya pada apakah Tsarnaev harus menerima hukuman mati jika terbukti bersalah—mungkin tidak mengejutkan di Massachusetts, para penganut Katolik akan keberatan karena sebagian besar menentang praktik itu,” kata Holly Bailey dari Yahoo News. “Hukuman mati dinyatakan inkonstitusional di negara bagian itu pada 1982, meskipun dalam kasus yang jarang pejabat terus mengejar di bawah hukum federal. Tsarnaev adalah tergugat kelima di Massachusetts yang akan dikenakan dengan hukuman mati federal.”
Tim pembela Tsarnaev dilaporkan telah membuat tawaran untuk jaksa mencari kesepakatan pembelaan yang akan memungkinkan klien mereka untuk mengaku bersalah dengan imbalan hukuman seumur hidup. Pada September 2013 dalam survei Boston Globe menemukan bahwa 57 persen dari penduduk Boston mendukung hukuman seumur hidup tanpa pembebasan bersyarat untuk Tsarnaev, dibandingkan dengan 33 persen yang mendukung hukuman mati. (mic.com)
Baca juga:
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...