Tidak Ada ”Saya” dalam Sebuah Tim
”Anda tidak akan menginspirasi anggota Tim jika memperlihatkan kehebatan Anda. Anda menginspirasi jika menunjukkan betapa hebatnya mereka” (Robyn Benincasa, Juara Dunia Adventure Racer)
SATUHARAPAN.COM – Dalam Tim yang ada hanyalah kontribusi untuk mencapai tujuan bersama. Anggota Tim yang mencari kesenangan diri semata tak akan pernah mencapai kepuasan sejati.
Tyo adalah anggota tim yang cerdas, selalu punya ide kreatif, dan percaya diri. Kelemahan Tyo adalah, rasa percaya dirinya membuat ia selalu yakin bahwa idenya adalah yang terbaik, dan karena itu anggota tim lain selayaknyalah mengikuti semua sarannya. Karena keyakinannya itu, ia banyak berbicara, tetapi kurang mendengar. Anggota tim lain merasa kurang didengar dan karenanya mereka merasa tak nyaman karena kontribusi mereka seakan tak berguna, selalu terdesak ke belakang. Ujung-ujungnya, mereka enggan berkontribusi dan gagallah tim mencapai tujuan bersama. Akibat seorang anggota ingin mencapai tujuan pribadinya, kinerja tim berantakan. Tyo sendiri frustrasi. Sebab menurut dia idenya layak direalisasi, namun mengapa rekan satu timnya enggan menjalankannya.
Tim ada di mana-mana. Bahkan sepasang suami isteri adalah tim. Lihatlah pasangan suami isteri yang Anda anggap ideal, carilah rahasia di balik kebahagiaan mereka, pasti akan Anda temukan sikap anggota tim yang bersedia mendengarkan, melayani, menghargai, tidak saling menuntut.
Ketika seorang anggota tim lebih mengutamakan diri sendiri ketimbang sesama anggota, itulah titik di mana tim bisa dipastikan tak akan menjadi tim yang tangguh. Apalagi jika dia adalah pemimpin tim tersebut. Sebaliknya, ketika dalam diri tiap anggota tim lebih banyak terpatri kata ”kita” ketimbang ”saya”, di situlah kinerja tim akan naik.
Tim yang tangguh memiliki anggota yang mendahulukan anggota lain ketimbang diri sendiri. Tidak merasa kecil hati jika anggota tim lain lebih sukses daripada dirinya. Tidak terganggu ketika anggota tim lain dipuji. Intinya: memiliki anggota Tim yang tidak egois. Kebiasaan untuk tidak egois ini perlu dibangun dan dilatih setiap hari.
Beberapa cara, menurut John Maxwell dalam bukunya mengenai kinerja tim adalah: Berikan pujian kepada anggota yang menunjukkan keberhasilan; kerjakan pekerjaan yang biasa dilakukan bawahan; berikan sesuatu tanpa ada yang tahu.
Semua itu akan menjadi latihan untuk menekan egoisme. Berbuat baik tanpa berharap dipuji atau berharap balasan, melakukan pekerjaan yang dinilai rendah. Memuji orang lain, pasti berdampak positif untuk mengurangi kebutuhan mengutamakan ”saya”. Ketika egoisme terkikis, lebih mudah untuk mengutamakan kinerja bersama. Ketika ”kita” lebih diutamakan daripada ”saya”, tim berpeluang untuk sukses.
Untuk itu, saling percaya adalah syarat.
Ketika anggota sebuah tim cukup memiliki kepercayaan satu kepada yang lain, barulah akan timbul kerelaan untuk mengganti ”saya” dengan ”kita”.
Dan bukti di seantero jagad ini nyata: tim yang terdiri atas orang berbakat selalu dikalahkan oleh tim yang beranggotakan orang-orang yang termotivasi. Motivasi, kerelaan untuk bekerja sebagai tim yang sesungguhnya, itulah jalaran sukses setiap tim.
Email: inspirasi@satuharapan.com
Editor : Yoel M Indrasmoro
Kekerasan Sektarian di Suriah Tidak Sehebat Yang Dikhawatirk...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Penggulingan Bashar al Assad telah memunculkan harapan sementara bahwa war...