Tiongkok Deportasi Wartawan Prancis
XINJIANG, SATUHARAPAN.COM - Tiongkok telah mengusir seorang jurnalis Prancis atas sebuah artikel yang ia tulis mengenai kebijakan Beijing terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.
Beijing menegaskan tidak akan memperbarui izin kerja pres untuk Ursula Gauthier wartawan dari majalah berita Perancis L'Obs.
Dikatakan artikel yang dia tulis mengenai kerusuhan di Xinjiang mendukung "terorisme dan tindakan kejam" yang menewaskan orang.
Namun Gauthier menyebut klaim tersebut "tidak masuk akal" dan mengatakan Beijing berusaha untuk menghalangi wartawan asing di negara itu.
Gauthier mengatakan kepada BBC bahwa pemerintah telah berulang kali menyuruh dia untuk meminta maaf karena telah mendukung terorisme.
"Saya bilang saya tidak pernah mendukung terorisme - Bagaimana Anda ingin saya untuk meminta maaf terhadap sesuatu yang saya tidak tulis?" kata Gauthier.
"Saya yakin bahwa mereka sangat jelas berusaha untuk mengintimidasi pers asing di Tiongkok karena mereka tidak ingin ada yang mengatakan hal-hal yang berbeda dari versi resmi dari pertanyaan," jelasnya.
Kementerian luar negeri Tiongkok mengonfirmasi pada hari Sabtu (26/12) bahwa mereka tidak akan memperbaharui kartu pers Gauthier, karena dia gagal untuk "meminta maaf serius" kepada orang-orang Tiongkok dan tidak lagi "cocok" untuk terus bekerja di negara itu.
"Tiongkok tidak akan mendukung kebebasan untuk juara terorisme," katanya.
Jika kartu persnya tidak diperpanjang, Gauthier tidak dapat mengajukan permohonan visa baru, dan harus meninggalkan Tiongkok pada 31 Desember.
Dia akan menjadi wartawan asing pertama yang diusir sejak koresponden al-Jazeera Melissa Chan dipaksa meninggalkan negara tersebut pada tahun 2012.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...