Tiru Samaria Baik Hati, Paus Beri Tumpangan 12 Migran Muslim
LESBOS, SATUHARAPAN.COM - Dalam kunjungannya ke kepulauan Lesbos, Yunani, Paus Fransiskus mengeritik cara benua Eropa menangani pengungsi. Kemudian, untuk memberikan contoh, ia mengajak 12 pengungsi Muslim dari tiga keluarga Suriah ke Vatikan untuk mendapat perlindungannya.
Kepulauan Lesbos adalah garis terdepan di benua Eropa dalam menampung pengungsi.
Selama lima jam kunjungannya di sana pada hari Sabtu (16/4) , ia menyerukan perhatian terhadap krisis pengungsi. Lebih dari 1,1 juta orang melarikan diri akibat perang dan kemiskinan dari Timur Tengah dan Afrika. Mereka tiba di Eropa sejak akir tahun lalu. Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah negara telah menutup perbatasan. Sekitar 50 ribu migran dan pengungsi terdampar di Yunani.
"Saya ingin berada bersama Anda hari ini," kata Paus di Pusat Pendaftaran Moria yang telah berubah menjadi kamp tahanan.
"Saya ingin memberitahu Anda bahwa Anda tidak sendirian," kata dia, sebagaimana diberitakan oleh Los Angeles Times.
Para pemuda yang menjumpainya menyalaminya bahkan mengambil foto selfie dengan ponsel mereka. Ada yang membungkuk dan menciumnya.
Satu orang menangis karena ia ingin meminta berkat. Seorang gadis muda jatuh di kaki paus sambil menangis.
Mengutip kisah orang Samaria yang baik hati, Paus menyerukan dunia untuk merespon krisis pengungsi dengan penuh kasih: "Semoga semua saudara-saudara kita di benua ini, seperti orang Samaria yang baik hati, datang untuk membantu Anda dalam semangat persaudaraan, solidaritas dan menghormati martabat manusia yang telah lama dibeda-bedakan oleh sejarah," kata Paus.
Di pelabuhan, Paus Fransiskus memimpin upacara peringatan untuk ribuan orang yang telah meninggal di Laut Mediterania ketika mencoba untuk menyeberang dari Turki ke pulau-pulau Yunani.
"Mari bangun dari tidur ketidakpedulian, membuka mata kita terhadap penderitaan mereka, dan membebaskan kita dari ketidakpekaan yang lahir dari kenyamanan duniawi dan mementingkan diri sendiri," kata dia, dalam bahasa Italia, sebelum menit-menit hening.
Kerumunan orang melambaikan bendera Yunani dan Vatikan seiring dengan perahu penjaga pantai berpatroli di latar belakang.
Total 4.400 orang - termasuk ratusan anak-anak - meninggal di Mediterania sejak awal tahun lalu, Menurut PBB.
Lesbos sekarang menjadi titik fokus dari kesepakatan kontroversial bulan lalu yang dicapai oleh Uni Eropa dan Turki yang dimaksudkan untuk mencegah lebih banyak orang menyeberang dari Turki ke pulau-pulau Yunani - perbatasan Uni Eropa.
Sejak tengah malam 20 Maret, setiap migran atau pengungsi yang tiba di sebuah pulau Yunani, akan ditahan, diperiksa, dan dinilai apakah memenuhi syarat untuk menjadi pengungsi. Apabila tidak, segera dipulangkan ke Turki.
Berdasarkan kesepakatan itu, negara-negara anggota Uni Eropa harus memukimkan satu pengungsi Suriah untuk setiap satu orang Suriah yang dikembalikan ke Turki. Turki, pada gilirannya, akan menerima miliaran dolar untuk membantu merawat pengungsi itu.
Kelompok hak asasi manusia mengkritik penahanan perempuan dan anak-anak dan orang yang membutuhkan, atas kurangnya fasilitas sanitasi dan kesehatan serta bantuan hukum di kamp-kamp pengungsi, Mereka juga mengeritik kebijakan mengembalikan pengungsi ke Turki.
Vatikan tidak melanggar perjanjian dalam membawa kembali 12 warga Suriah dengan Paus. "Mereka ini semua adalah orang yang sudah ada di kamp-kamp di Lesbos sebelum kesepakatan antara Uni Eropa dan Turki," kata Juru Bicara Vatikan, Federico Lombardi, dalam sebuah pernyataan.
Vatikan akan mengurus keluarga-keluarga itu - dua dari Damaskus dan satu dari Dair Alzour, di wilayah yang diduduki oleh ISIS. Rumah mereka hancur dalam pemboman.
Paus Fransiskus mengatakan kekhawatiran Eropa tentang masuknya pengungsi dapat dimengerti dan sah.
Tapi dia menambahkan,"Kita tidak boleh lupa, bagaimanapun, itu migran, bukan sekadar statistik, pertama-tama (mereka adalah) orang yang memiliki wajah, nama dan kisah-kisah pribadi. Eropa adalah tanah air dari hak asasi manusia, dan siapa pun yang menapakkan kaki di tanah Eropa harus merasakan itu, dan dengan demikian menjadi lebih sadar akan kewajiban untuk menghormati dan membela hak-hak manusia. "
Dalam pertemuan singkat dengan Paus, Perdana Menteri Yunani, Alexis Tsipras, mengatakan ia bangga bagaimana Yunani telah menangani masuknya lebih dari 1 juta pengungsi tahun lalu walaupun negara lain, "atas nama Kristen Eropa " membangun tembok penghalang.
Ieronymos II, uskup agung yang mengepalai Gereja Ortodoks Yunani dan mendampingi Frasiskus di Lesbos, mengatakan kepada wartawan bahwa Eropa telah menunjukkan "kebangkrutan kemanusiaan."
"Saya bangga dengan orang-orang Yunani, meskipun melalui penderitaan mereka sendiri, tetap memikul salib mereka kendati itu memperlambat langkah mereka di jalan yang menanjak," katanya.
Bersama Paus juga turut serta Patriark Ekumenis Gereja Ortodoks, Bartholomew I, seorang etnis Yunani berkewarganegaraan Turki, tempatnya tinggal.
Ini adalah kunjungan kedua yang dilakukan oleh Paus ke wilayah Yunani sejak Skisma Akbar 1054, ketika Gereja Ortodoks memisahkan diri dari Gereja Katolik.
Editor : Eben E. Siadari
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...