TKI Asal Cilacap Meninggal di Brunei
CILACAP, SATUHARAPAN.COM – Sugianto Affendi (34), tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Desa Mernek, Kecamatan Maos, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, meninggal dunia di Brunei Darussalam akibat keracunan.
Jenazah Sugianto tiba di kampung halamannya, Desa Mernek, Minggu (23/3), sekitar pukul 23.00 WIB, dan dimakamkan di pemakaman umum setempat, Senin (24/3), sekitar pukul 10.00 WIB.
Mudakir, paman almarhum, mengatakan Sugianto meninggalkan seorang istri bernama Yusmiati dan seorang anak laki-laki yang baru berusia 19 bulan.
"Sugianto berangkat ke Brunei sekitar enam bulan lalu untuk bekerja di perkebunan sayuran. Istri dan anaknya tinggal di desa asal istri, di Desa Pageralang, Kecamatan Kemranjen, Kabupaten Banyumas. Kalau di sini (Desa Mernek, Red), rumah orang tua Sugianto," katanya.
Keluarga memperoleh informasi Sugianto meninggal dunia pada Rabu (19/3), setelah sempat menjalani perawatan di suatu rumah sakit di Brunei Darussalam akibat keracunan pestisida saat menyemprot rumput.
Staf Protokoler Konsulat Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Brunei Darussalam Fatoni mengatakan pihaknya ditugaskan mengantarkan jenazah Sugianto dari Brunei Darussalam hingga tiba di kampung halamannya.
"Saya datang bersama salah seorang teman almarhum. Dia diminta majikannya menjelaskan kronologi kejadian kepada keluarga almarhum," katanya.
Berdasarkan informasi yang diterima KBRI, Sugianto menjalani perawatan di suatu rumah sakit di Bandar Seri Begawan, Brunei Darusalam, sejak Kamis (13/3), sebelum meninggal dunia. Dari hasil autopsi, Sugianto meninggal dunia akibat keracunan pestisida saat menyemprot rumput di perkebunan sayuran.
"Perkebunan sayuran itu berada di Bandar Seri Begawan. Di sana ada 13-14 pekerja, tujuh orang di antaranya dari Indonesia, lainnya dari Bangladesh dan negara-negara lain," kata dia.
Pihaknya juga telah menghubungi perusahaan yang memberangkatkan almarhum ke Brunei, yakni PT Pancamanah, Jakarta. Menurut dia, perusahaan tersebut menyatakan kesiapannya memberikan asuransi bagi ahli waris almarhum Sugianto. Bahkan, majikan Sugianto juga memberikan santunan untuk keluarga almarhum.
"Kami juga akan mengupayakan asuransi dari Brunei, namun hal itu harus melalui proses penyelidikan untuk mengetahui apakah kejadian tersebut murni musibah atau ada unsur kesengajaan. Penyelidikan baru dimulai Sabtu (22/3) karena di Brunei, hari Jumat merupakan hari libur," katanya.
Teman almarhum yang turut mengantarkan pemulangan jenazah Sugianto, Iing, mengatakan Sugianto mengeluh sakit setelah menyemprotkan pestisida ke rumput yang tumbuh di perkebunan pada Selasa (11/3). "Dia merasa badannya tidak enak, sehingga saya berikan larutan penyegar. Dia akhirnya pulang setelah bekerja setengah hari," kata Iing yang berasal dari Desa Pageralang, Banyumas, dan berangkat ke Brunei bersama Sugianto.
Keesokan harinya, kata dia, Sugianto mengajaknya berangkat bekerja di kebun. Tetapi, Sugianto kembali mengeluh sakit hingga akhirnya hanya bekerja setengah hari.
"Pada Kamis (13/3), Sugianto mengirim SMS (pesan singkat, Red) ke saya, minta diantarkan ke rumah sakit hingga akhirnya dia meninggal dunia pada Rabu (19/3). Saya sempat beberapa kali bertanya, ada apa sebenarnya, namun dia hanya bilang ‘musibah’," katanya. (Ant)
Editor : Sotyati
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...