Tolak Salami Guru Perempuan di Swiss, Naturalisasi Distop
BASEL, SATUHARAPAN.COM – Swiss telah memberhentikan status kewarganegaraan kepada keluarga dua remaja bersaudara Suriah setelah kakak beradik itu menolak bersalaman dengan guru perempuannya karena alasan agama.
Insiden itu telah memicu debat nasional tentang kebebasan beragama di Swiss.
Kakak beradik yang berusia 14 dan 15 tahun adalah pengungsi politik Suriah yang diberikan suaka pada tahun 2001. Pihak sekolah di kotamadya bagian utara Therwil menyampaikan bahwa kontak fisik dengan perempuan yang bukan anggota keluarganya melukai pandangan mereka tentang Islam.
Pada hari Selasa (19/4), pihak berwenang di kota Basel di mana Therwil terletak, mengatakan bahwa proses naturalisasi untuk keluarga mereka telah ditahan.
Laporan itu juga mencatat bahwa penangguhan seperti ini yang sering terjadi dalam proses kewarganegaraan umumnya membutuhkan informasi tambahan tentang keluarga yang bersangkutan.
Kedua anak ini telah dibebaskan dari budaya Swiss murid bersalaman dengan guru, dan para pejabat Therwil memerintahkan mereka untuk menghindari kontak fisik dengan guru laki-laki juga guna menghindari diskriminasi gender.
Tapi kompromi ini justru memicu respons panas dari politikus terkemuka Swiss termasuk Menteri Hukum Simonetta Sommaruga yang bersikeras bahwa "berjabat tangan adalah bagian dari budaya Swiss".
Kantor berita Swiss Le News mengutip Georges Thuring, presiden komisi yang mengawasi permintaan kewarganegaraan lokal, yang mengatakan, "Saya tidak berpikir kita bisa bicara integrasi yang dalam kaitannya dengan penentang budaya jabat tangan. Secara pribadi, saya akan menolak permintaan mereka" menambahkan bahwa "sebagai presiden komisi, saya meyakinkan Anda bahwa permintaan akan diperiksa dengan benar, seperti yang lain".
Le News juga mengatakan bahwa ketika wawancara, dua siswa ini bersikeras bahwa menuntut mereka untuk berjabat tangan dengan guru adalah sesuatu yang diskriminatif. "Tidak ada yang bisa memaksa kita untuk berjabat tangan," kata salah satu dari mereka.
Dari delapan juta populasi Swiss diperkirakan 350.000 adalah Muslim.
Sebelumnya sengketa serupa telah berpusat pada orang tua Muslim yang menuntut bahwa anak perempuan mereka akan dibebaskan dari pelajaran renang.
Bagaimanapun keluarga Muslim ini berhasil mendapatkan kemenangan di pengadilan terhadap sekolah yang berusaha untuk melarang penggunaan cadar. (kav)
Editor : Bayu Probo
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...