Tren Hijab Lahirkan Social Fashion
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Tren hijab fashion memang tengah merangkul mayoritas perempuan beragama Islam di seluruh dunia. Hampir serempak, tak hanya negara-negara dengan mayoritas penduduk beragama Muslim, negara-negara dengan minoritas Muslim pun melahirkan banyak desainer hijab fashion.
Indonesia sebagai pasar mode hijab terbesar ketiga se-dunia juga berhasil melahirkan desainer-desainer hijab fashion terkenal. Sayangnya, desainer di Indonesia kurang melakukan studi kultural sehingga produk yang dijual seringkali tak sesuai dengan selera internasional.
Menurut Franka Soeria pendiri A La Hijab, karakter hijab fashion di seluruh dunia berbeda-beda. Di Indonesia, orang lebih tertarik dengan sesuatu yang berbau etnik, sementara di Mexico, ukhti-ukhti ini umumnya tertarik dengan warna-warna hijab yang lebih tajam, sedangkan di Midle East oang lebih suka dengan desain hijak yang blink-blink.
Beragam selera ini tentu melahirkan desainer-desainer dengan berjuta ide yang dimiliki.
Melihat potensi desainer Indonesia dan dunia yang besar, Franka lewat A La Hijabnya bermaksud memayungi market hijab di seluruh dunia agar saling terhubung satu sama lain.
“A La Hijab adalah new social fashion. Kontennya nggak cuma dari Eropa, tapi kami coba mencoba merangkul semua negara, bahkan Iran sekalipun. Nggak semua desainer bisa terhubung lewat internet. Banyak juga yang aktif di dunia offline. Aku coba rangkul semuanya,” ujar Franka dalam perhelatan Indonesia Fashion Week 2015, di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (26/2).
Bagi Franka, hijab fashion kini memiliki market yang sangat besar. Sayang bila market yang besar ini tak difasilitasi dengan konektivitas yang tinggi pula.
Adanya social fashion ini tentu diharapkan dapat memegang peranan penting bagi terhubungnya desainer hijab di seluruh dunia.
Editor : Bayu Probo
KPK Geledah Kantor OJK Terkait Kasus CSR BI
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah kantor Otoritas J...