Trump Akan Deportasi 3 Juta Imigran
WASHINGTON, SATUHARAPAN.COM – Presiden Amerika Serikat terpilih, Donald Trump, akan memenuhi janjinya mendeportasi jutaan imigran yang tidak berdokumen dari AS. Dia mengatakan hal itu dalam sebuah wawancara yang disiarkan hari Minggu (13/11) pada program 60 Minutes di televisi CBS.
Trump mengatakan sebanyak tiga juta imigran tanpa dokumen bisa dideportasi setelah dia dilantik sebagai presiden pada 20 Januari mendatang.
"Apa yang akan kami lakukan adalah terhadap orang-orang yang melakukan kriminal dan memiliki catatan kriminal, anggota geng, pengedar narkoba, di mana banyak orang-orang ini, mungkin dua juta, bisa lebih tiga juta, kami keluarkan mereka dari negara kami atau kami akan memenjarakan mereka," kata Trump yang dutipasnya dirilis dan dilaporkan AFP.
Sementara itu, para demonstran di seluruh Amerika Serikat berencana untuk turun ke jalan dalam hari kelima berturut-turut yang dimulai hari Minggu (13/11). Mereka memprotes Trump, meskipun manajer kampanyenya mengatakan Presiden Barack Obama dan kandidat dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, harus mendukung transisi damai.
Protes hari Minggu sore (wakt setempat) digelar di New York City, Oakland, dan California, menurut pernyataan mereka melalui internet, seperti dilaporkan Reuters.
Ribuan orang di beberapa kota telah menggelar protes sejak hasil pemilihan presiden hari Selasa diumumkan. Trump kalah penghitungan popularitas, tetapi memperoleh suara 538 dari di Electoral College untuk memenangi jabatan kepresidenan, dan mengejutkan dunia.
Demonstrasi sebagian besar berjalan damai. Mereka mengecam kampanye Trump yang berjanji untuk membatasi imigrasi dan mendaftar warga Muslim, serta ada tuduhan di terlibat pelecehan seksual terhadap perempuan. Namun demikian ada puluhan demonstran yang ditangkap, dan beberapa polisi terluka, menurut laporan media AS.
Para demonstran meneriakkan; "Bukan presiden saya" dan "cinta mengalahkan kebencian." Mereka berbaris di New York, Los Angeles, Chicago dan di tempat lain pada hari Sabtu. Mereka mengatakan Trump mengancam hak-hak sipil dan hak asasi mereka.
Kelompok-kelompok hak sipil juga memantau kekerasan terhadap warga minoritas di AS sejak kemenangan Trump, termasuk adanya laporan serangan terhadap perempuan yang berjilbab, munculnya grafiti bernada rasis dan intimidasi pada anak-anak imigran. Mereka meminta Trump untuk mengecam serangan itu.
Sebaliknya, Kellyanne Conway, manajer kampanye Trump, mengatakan pada Fox News pada hari Minggu (13/11) bahwa dia yakin banyak dari para demonstran dibayar, meskipun dia tidak memberikan buktinya.
Menuding ada standar ganda, Conway mengatakan pada NBC pada acara "Meet the Press" bahwa jika Clinton menang dan pendukung Trump memprotes, "orang akan panik karena pendukungnya tidak menerima hasil pemilu."
"Sudah waktunya untuk Presiden Obama dan Sekretaris Clinton mengatakan kepada para pengunjuk rasa, 'Orang ini adalah presiden kita,'" katanya di NBC.
Editor : Sabar Subekti
Daftar Pemenang The Best FIFA 2024
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Malam penganugerahan The Best FIFA Football Awards 2024 telah rampung dig...