Tuhan Memberikan Hati yang Baru
SATUHARAPAN.COM - Pada umumnya, manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai pergumulan hidup. Manusia bagaikan berjalan dalam lorong yang gelap, yang belum tahu sampai di mana ada titik terang yang membawa mereka keluar dari lorong gelap itu.
Umat Israel juga pernah mengalami berbagai pergumulan ketika mereka harus diperbudak, di buang dan diserakkan dari tanah leluhur mereka. Tentu peristiwa ini bukan tanpa sebab. Umat Israel yang sangat terkenal dengan sifat “keras kepala”, senang “bersungut-sungut” dan tidak tahu bersyukur, bahkan berani mengkhianati Tuhan dengan menyembah berhala dalam hidup mereka. Maka Tuhan pun bertindak dan menghukum umat Israel.
Firman Tuhan (Nats: Yehezkiel 11:14-20) mengisahkan sebuah peristiwa sejarah umat Israel ketika berada dalam pembuangan di Babel, di mana Yehezkiel ikut serta dalam pembuangan itu. Dan ketika penduduk Yerusalem berkata tentang semua saudaranya, kaum kerabatnya, dan segenap kaum Israel dalam keseluruhannya, bahwa mereka telah jauh dari Tuhan, bahwa mereka telah memberontak kepada Tuhan, bahwa mereka telah menyembah kepada berhala, bahwa mereka telah diserakkan di negeri orang dan menjadi tawanan; maka Tuhan memanggil dan mempersiapkan Yehezkiel yang baru berusia ± 30 tahun setelah 5 tahun berada di Babel. Tuhan mengutus Yehezkiel untuk memberitakan penghukuman sekaligus tawaran pembebasan umat Israel dari bangsa Babel agar bangsa Babel tidak terus menerus mencela Tuhannya Israel.
Ada tiga hal yang dilakukan Tuhan bagi umat Israel melalui Nabi Yehezkiel. Pertama, Tuhan menghimpunkan umat-Nya yang telah berserakan dan kembali ke negeri mereka sendiri. Kedua, Tuhan melakukan pentahiran atau penyucian sebagai lambang pengampunan dosa bagi umat-Nya. Ketiga, Tuhan memulihkan umat-Nya.
Pemulihan secara jasmani yaitu: ekonomi, social, politik, dan budaya dan segala aspek kehidupan jasmani umat-Nya. Pemulihan secara rohani yaitu: hati dan religi umat-Nya (hati dan roh yang baru di dalam batin mereka; Tuhan jauhkan hati yang keras dan member mereka hati yang taat; supaya mereka hidup menurut ketetapan dan peraturan Tuhan dengan setia).
Tanpa kita sadari dalam kehidupan kita sebagai umat Tuhan, terkadang kita melakukan hal-hal yang kurang berkenan di hadapan Tuhan. Sehingga, kita pun diizinkan untuk menghadapi berbagai persoalan hidup, bagaikan berjalan di lorong- lorong yang gelap.
Namun syukur kepada Tuhan, karena kasih-Nya yang amat besar, Ia memberikan kesempatan kepada kita untuk kembali kepada-Nya. Kita ditahirkan atau disucikan oleh darah-Nya yang tercurah di bukit Golgota, mati dan dikuburkan, turun ke dalam kerajaan maut, dan pada hari yang ketiga bangkit dari antara orang mati, naik ke sorga. Dan Roh Kudus turun atas kita untuk memulihkan kita, memberi kita hati dan roh yang baru di dalam batin kita. Dia menjauhkan hati yang keras dan memberi kita hati yang taat; supaya kita hidup menurut ketetapan dan peraturan-Nya dengan setia.
Mari, gunakanlah momentum hari Pentakosta ini untuk menerima hati yang baru dari Tuhan. Amin……!!
Pdt. Alvius Wau, M.Th (Pendeta BKPN Resor Sibolga/Kemenag)
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...