Turki Sangkal Pembataian Etnis Armenia Sebagai Genosida
ANKARA, SATUHARAPAN.COM - Perdana menteri Turki Recep Tayyip Erdogan menyangkal pembantaian etnis Armenia selama Perang Dunia I di bawah Kekaisaran Ottoman sebagai genosida. Pernyataan tersebut dilontarkan hanya beberapa hari berselang setelah pemerintahannya menyampaikan belasungkawa atas pembantaian tersebut untuk pertama kalinya.
“Hal ini tidak mungkin karena jika hal tersebut memang genosida, apakah akan ada etnis Armenia tinggal di negara ini (Turki) ” ujar Erdogan kepada stasiun TV Amerika Serikat PBS, Senin (28/4).
“Kami merupakan bangsa yang menganggap genosida sebagai kejahatan kemanusiaan dan kami tidak akan menutup mata terhadap tindakan semacam itu,” imbuhnya.
Erdogan pada pekan lalu menyampaikan belasungkawa atas pembataian etnis Armenia pada 1915, dengan menyebutnya sebagai “duka bersama” dalam sebuah pernyataan saat memperingati 99 tahun awal pembantaian dan deportasi massal etnis Armenia, sebuah langkah baru yang disebut oleh AS sebagai langkah bersejarah.
Armenia menolak pernyataan tersebut, menuduh Ankara secara terang-terangan melakukan penyangkalan.
Dengan menggunakan ranah diplomatik dan kelompok diaspora Armenia di luar negeri yang memiliki pengaruh, Armenia sudah sekian lama berusaha memperoleh pengakuan internasional bahwa pembataian tersebut merupakan satu bentuk genosida.
Armenia mengatakan sekitar 1,5 juta orang tewas selama Perang Dunia I ketika Kekaisaran Ottoman mulai runtuh, klaim yang didukung oleh beberapa negara lainnya.
Sementara Turki berpendapat sekitar 300 ribu hingga 500 ribu etnis Armenia dan beberapa warga Turki tewas dalam perang sipil ketika etnis Armenia melakukan perlawanan terhadap penguasa Ottoman dengan bekerja sama dengan pasukan Rusia. (AFP)
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...