Turki Serang Suriah, Anggota "Beatles" ISIS Dipindahkan ke Irak
WASHINGTON DC, SATUHARAPAN.COM – Dua anggota Negara Islam (Daesh atau ISIS) kemungkinan dipindahkan ke Irak dari Suriah utara, karena kekhawatiran bahwa serangan Turki di wilayah itu dapat membahayakan tahanan "bernilai tinggi", kata pejabat Amerika Serikat yang tidak disebutkan namanya.
Militer AS menahan dua anggota Daesh yang berasal dari Inggris yang berada di tahanan Kurdi di Suriah utara, seperti dilaporkan media AS, The Washington Post, hari Rabu (9/10).
Tidak jelas ke mana dua anggota Daesh itu, El Shafee Elsheikh dan Alexanda Kotey, dibawa. Seorang pejabat senior AS yang dikutip oleh Post mengatakan keduanya akan dibawa ke Irak, dan mungkin bersama dengan sekelompok tahanan "bernilai tinggi" lainnya. Pejabat lain mengkonfirmasi bahwa dua orang itu sekarang dalam tahanan militer AS.
Anggota “Beatles”
Keduanya adalah yang tersisa dari kelompok empat orang teroris yang dijuluki "Beatles" karena aksen Inggris mereka. Salah satu anggota kelompok itu tewas dalam serangan pesawat tak berawak pada tahun 2015, sedangkan yang terakhir sekarang di penjara Turki menjalani hukuman tujuh tahun karena berpartisipasi dalam kelompok teror.
AS disebutkan telah berulang kali meminta Inggris untuk mengambil kembali anggota Daesh itu. Namun, para pejabat Inggris mengklaim pada 2018 bahwa "tidak cukup bukti" untuk menuntut mereka di negara asal mereka (inggris) dan menyatakan harapan mereka bahwa keduanya akan diselidiki di AS. London menanggalkan kewarganegaraan kedua pria itu karena berpartisipasi dalam kekhalifahan yang digambarkan sendiri.
Pemindahan ke AS digagalkan oleh Maha Elgizouli, ibu El Shafee Elsheikh, yang dalam gugatan menantang keputusan London untuk menyerahkan keduanya ke Washington. Dalam gugatan terpisah, dia menuntut agar London tidak memberikan bukti apapun kepada Washington mengenai putranya, mengklaim bahwa dia mungkin menghadapi hukuman mati di AS.
Menurut Post, "tuntutan pidana" terhadap para teroris di Amerika Serikat "bertumpu pada kemampuan untuk mendapatkan bukti dari otoritas Inggris". Dua orang itu dituduh terlibat dalam pemenggalan jurnalis James Foley dan sandera Barat lainnya, tetapi menyangkal keterlibatan langsung dalam eksekusi atau penyiksaan.
Militer AS diperintahkan untuk tidak ikut campur dalam perang Turki dengan Kurdi, dibalik upaya memindahkan kelompok "tahanan bernilai tinggi" yang tidak diungkapkan ke Irak. Sementara itu, para pejabat Kurdi memperingatkan bahwa mereka "berjuang" untuk tetap mengendalikan kamp penahanan Al-Hol yang menampung ribuan loyalis Daesh, termasuk banyak orang asing, ketika sebagian besar pasukan Kurdi diarahkan ke Utara untuk menghadapi serangan militer Turki.
"Kami sekarang menghadapi hal nyata di depan dari 10.000 tahanan (Daesh) yang bergabung kembali di medan perang," kata Senator AS Jeanne Shaheen dalam sebuah pernyataan, hari Rabu. Pernyataan itu bagian dari kritik keras yang meluas terhadap Trump setelah keputusannya untuk tidak campur tangan dalam operasi militer Turki dan menarik pasukan AS dari Suriah.
Turki telah mengumumkan operasi militernya awal pekan ini, dan memulai serangan daratnya di Suriah pada hari Rabu dan menimbulkan kekhawatiran pada pemberontakan Kurdi.
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...