UEA Tolak Kritik Iran dan Turki tentang Kesepakatan Perdamaian dengan Israel
DUBAI, SATUHARAPAN.COM-Uni Emirat Arab (UEA) mengatakan keputusannya untuk menormalisasi hubungan dengan Israel bukan tentang melawan Iran, dan menepis kritik terhadap pakta tersebut dari pemimpin Turki.
“Ini bukan tentang Iran. Ini tentang UEA, Israel dan Amerika Serikat,” kata Anwar Gargash, Menteri Luar Negeri UEA, hari Sabtu (15/8) dalam wawancara telepon dengan Bloomberg. "Ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk membuat semacam pengelompokan melawan Iran."
Sementara pemerintahan Trump dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah berusaha untuk membingkai perjanjian tersebut sebagai bagian dari upaya mereka untuk menghadapi dan mengisolasi Iran lebih lanjut, Gargash mengisyaratkan bahwa UEA tidak ingin memprovokasi tetangga dekatnya.
"Kami memiliki hubungan yang sangat rumit dengan Iran," katanya. “Meskipun kami memiliki keprihatinan kami, kami juga merasa bahwa menyelesaikan masalah ini harus melalui diplomasi dan de-eskalasi.”
Turki Memiliki Kedutaan Besar di Tel Aviv, Israel
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, pada hari Jumat (14/8) mengatakan Turki dapat menarik duta besarnya untuk UEA atas perjanjian negara dengan Israel, dengan mengatakan hal itu merupakan pukulan bagi hak-hak Palestina. Gargash menolak pernyataan itu sebagai "standar ganda" yang menutupi hubungan perdagangan penting Turki sendiri dengan Israel.
“Mereka menerima lebih dari setengah juta turis Israel, memiliki perdagangan bilateral senilai US$ dua miliar dan memiliki kedutaan besar di sana. Dan saya bertanya pada diri sendiri apakah ini posisi berprinsip atau tidak,” kata Gargash.
Berdasarkan kesepakatan itu, Israel setuju untuk mengesampingkan janjinya untuk mencaplok tanah Tepi Barat yang diinginkan Palestina untuk sebuah negara. "Kami sangat prihatin dengan masalah aneksasi," kata Gargash. “Melalui proklamasi yang imajinatif ini, setidaknya kami telah mampu memberikan ruang negosiasi.”
Dukungan Bahrain
Sementara itu, Bahrain menyambut baik kesepakatan UEA untuk menormalkan hubungan dengan Israel, dengan mengatakan hal itu akan meningkatkan stabilitas di Timur Tengah.
Raja Hamad bin Issa Al Khalifa mengatakan dalam pembicaraan telefon dengan Putra Mahkota UEA, Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan, bahwa kesepakatan itu akan “berkontribusi untuk memperkuat perdamaian dan meningkatkan stabilitas di Timur Tengah dengan cara yang melayani aspirasi rakyatnya untuk keamanan, kemajuan dan kemakmuran,” menurut Kantor Berita Bahrain (BNA).
Negara Teluk itu bergabung dengan Oman dan Mesir dalam menyambut kesepakatan yang diumumkan pada Kamis, bahkan menurut Middle Eat Monitor, Bahran disinyalir akan bergabung dengan UEA membuat perjanjian perdamaian dengan Israel.
Hubungan antara Israel dan negara-negara Teluk Arab telah memanas dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar karena ketidakpercayaan bersama terhadap Iran.
Editor : Sabar Subekti
Beijing Buka Dua Mausoleum Kaisar Dinasti Ming untuk Umum
BEIJING, SATUHARAPAN.COM - Dua mausoleum kaisar di Beijing baru-baru ini dibuka untuk umum, sehingga...