Uskup Ajak Umat Buka Lumbung Murah Hati untuk Tangani COVID-19
MAGELANG, SATUHARAPAN.CPM – Uskup Agung Semarang Monsinyur Robertus Rubiyatmoko, mengajak umat Katolik di wilayah kegembalaannya di sebagian Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu, untuk membuka "lumbung kemurahan hati" dalam rangka mendukung penanganan pandemi COVID-19 dan dampak luasnya.
"Saudara-saudara, inilah saatnya kita membuka 'lumbung-lumbung kemurahan hati' kita, membuka 'gudang-gudang kepedulian' kita, membuka 'tabungan cinta kasih' kita, untuk kita gunakan bersama, khususnya dengna mereka mereka yang mengalami kesulitan (akibat pandemi COVID-19, red.)," katanya ketika memimpin Misa Kamis Putih secara "live streaming" dari Katedral Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci Randusari, Kota Semarang yang diikuti dari Magelang, Kamis (9/4) malam.
Ia juga mendorong umat menggalang kebersamaan dan bergerak bersama dengan lainnya ,untuk memberikan pelayanan terbaik serta sepenuh hati kepada siapa saja, terutama yang paling terdampak pandemi virus corona baru itu.
Pada khotbah Misa Kamis Putih secara konselebrasi bersama sejumlah imam Keuskupan Agung Semarang itu, ia juga menjelaskan tentang makna ibadat yang menjadi rangkaian umat Katolik merayakan Tri Hari Suci Paskah tersebut, di mana Yesus memberikan teladan kepada para murid untuk saling melayani, antara lain melalui pembasuhan kaki dan makan bersama.
Ibadat yang juga dikenal sebagai perjamuan malam terakhir Yesus bersama para murid itu, hingga saat ini dilakukan umat Katolik sebagai perayaan ekaristi (misa), sebagaimana mereka jalani, terutama setiap Minggu.
Tuhan Yesus, katanya, telah memberikan teladan cinta kasih kepada manusia secara nyata dengan memberikan diri-Nya hingga wafat disalib, melayani secara total kepada manusia.
Ia mengatakan, umat diundang untuk meneladan Yesus melalui perwujudan semangat saling melayani satu sama lain.
Ia juga mengemukakan pentingnya umat mewujudkan semangat pelayanan kepada sesama dengan sepenuh hati, mulai dari lingkungan terkecil, yakni keluarga, untuk selanjutnya kepada tetangga dan komunitas.
"Kadang-kadang ada orang-orang dalam anggota keluarga kita, yang kurang kita perhatikan, yang kita 'cuekin', yang kurang kita perhatikan dengan sepenuh hati. Misalnya mereka yang sudah tua, kurang mendapat perhatian dengan cukup, mereka yang sakit terkadang tidak kita 'openi' (rawat) dengan sepenuh hati, mereka yang berkebutuhan khusus yang kadang-kadang membuat kita kelelahan, atau mereka-mereka yang tidak mampu berkontribusi untuk keluarganya. Ayolah kini kita rengkuh, kita rangkul, kita sayangi sebagai saudara-saudara kita itu, karena mereka adalah anggota keluarga kita," katanya.
Ia mengungkapkan bahwa, semangat melayani dengan tulus di antara sesama umat manusia itu, juga harus diwujudkan dalam sikap mau memaafkan orang lain.
"Tidak mudah kan! Itulah persis saat kita dituntut untuk meneladan Yesus yang mengampuni, yang memaafkan saudara kita apalagi dalam rumah kita sendiri," katanya.
Pada saat pandemi COVID-19 sekarang ini, katanya, umat juga diajak mewujudkan sikap keteladanan pelayanan Yesus, seperti kepada para tenaga medis yang sedang merawat pasien, mereka yang terduga, terpapar, dan terjangkit virus, atau mereka yang kehilangan pekerjaan karena dampak virus tersebut.
"Kita berikan perhatian sepenuh hati, dengan menyediakan apa yang mereka butuhkan, sehingga bisa menjalani karantina mandiri dengan baik. Selain itu, ada di antara kita, tetangga kita yang mungkin tidak mempunyai pekerjaan lagi, tidak mempunyai penghasilan lagi, maka pertanyaannya bagimana kita mencoba berbagi dengan mereka, memberikan perhatian kepada mereka," kata dia.(Ant)
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...