Varian Delta Menyebar Melalui Asia
SATUHARAPAN.COM-Varian Delta dari virus corona yang sangat menular meningkat melalui Asia pekan ini, dengan rekor jumlah infeksi terjadi di Australia dan Korea Selatan, mendorong beberapa negara untuk memperketat pembatasan, dan mempercepat vaksinasi.
Varian tersebut, pertama kali terdeteksi di India pada Desember tahun lalu, telah menyebar ke sekitar 100 negara dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini memperingatkan bahwa itu bisa segera menjadi bentuk virus yang dominan.
Di Jepang lonjakan kasus membuat kekhawatiran dalam penyelenggaraan Olimpiade bulan ini. Sementara di Indonesia lonjakkan jumlah kasus COVID-19 yang mecapai rekor tertinggi juga dikhawatirkan akibat penyebatan varian Delta.
Data dari dashboard WHO menunjukkan secara global (hari Jumat, 2/7) menunjukkan kasus baru harian sebanyak 361.149, dan jumlah total kasus secara global mencapai 182,3 juta dengan 3,95 juta kematian. Sedangkan vaksinasi secara global baru mencarai 2,9 miliar dari lebih dari tujuh miliar penduduk dunia.
Sydney Lakukan Penguncian Dua Pekan
Pada hari Jumat, menurut laporan Reuters, negara bagian New South Wales Australia, yang paling padat penduduknya, melaporkan kenaikan harian terbesar dalam kasus baru sepanjang tahun ini. Total kasus di negara bagian dalam wabah terbaru telah mencapai 200, mayoritas disebabkan oleh varian Delta.
Sydney, rumah bagi seperlima dari 25 juta penduduk negara itu, sedang menjalani penguncian dua pekan untuk menahan wabah itu, yang telah mengkhawatirkan pihak berwenang di tengah upaya vaksinasi nasional yang lamban.
“Saya pikir vaksin itu pasti akan mengurangi penyakit, tentu akan mengurangi rawat inap. Tetapi kita menghadapi virus yang beredar di masyarakat pada orang-orang yang belum divaksinasi,” kata Profesor Jill Carr, seorang ahli virus dari Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat di Universitas Flinders, dikutip Reuters.
Australia, seperti beberapa negara lain di Asia, telah berjuang untuk menyuntik vaksin pada orang karena keberhasilan awal dalam mengatasi pandemi menyebabkan keraguan vaksin, dan produsen lambat mengirimkan dosis.
Australia telah memvaksinasi penuh hanya enam persen dari populasinya, sementara Jepang telah memvaksinasi 12 persen.
Varian Delta Membayangi Olimpiade Tokyo
Jepang melaporkan pada hari Rabu bahwa varian Delta sekarang menyumbang hampir sepertiga dari semua kasus di bagian timur negara itu, termasuk Tokyo, dan itu bisa tumbuh hingga 50 persen pada pertengahan Juli.
Tokyo dan tiga prefektur tetangga termasuk di antara daerah-daerah di bawah keadaan darurat 'semu' yang akan berlangsung hingga 11 Juli. Peningkatan jumlah infeksi baru-baru ini membuat para pejabat cenderung mempertahankan pembatasan, sumber-sumber pemerintah mengatakan kepada Reuters.
Pada hari Jumat, Gubernur Tokyo, Yuriko Koike, menegaskan bahwa larangan penonton untuk Olimpiade, yang dimulai pada 23 Juli, akan menjadi pilihan jika situasi virus corona memburuk.
Kenaikan Kasus di Korea Selatan
Di Korea Selatan, para pejabat mengatakan pada hari Jumat (2/7) bahwa kasus virus corona mencapai 800, tertinggi dalam hampir enam bulan, dengan vaksinasi di bawah 10 persen. Jumlah rata-rata infeksi baru di negara itu telah meningkat selama 10 hari berturut-turut, dan pihak berwenang di Seoul telah menunda langkah-langkah jarak sosial yang santai.
“Varian Delta adalah jenis yang paling teroptimalkan untuk penularan luas,” kata Chun Eun-mi, spesialis penyakit pernapasan di Ewha Womans University Medical Center di Seoul.
“Kasus Indonesia, India, dan Inggris menunjukkan bahwa tidak hanya Korea tetapi banyak negara lain perlu memikirkan kembali strategi vaksin mereka dan rencana pembukaan kembali,” katanya.
Indonesia, negara terpadat keempat di dunia, memberlakukan tindakan darurat yang dimulai pada hari Sabtu (3/7) hingga 20 Juli untuk menahan lonjakan jumlah kasus.
Di India, jumlah infeksi baru telah berkurang ke posisi terendah dalam dua bulan sejak mencapai puncaknya 400.000 kasus sehari pada bulan Mei, dengan pemerintah berfokus pada vaksinasi massal.
Kasus Delta Berbagai Negara
Amerika Serikat juga telah melihat peningkatan infeksi varian Delta di beberapa bagian negara di mana tingkat vaksinasi tetap rendah, dan Gedung Putih mengatakan pada hari Kamis (1/7) bahwa pihaknya akan mengirim bantuan khusus ke titik-titik rawan tersebut.
Eropa juga sedang berjuang melawan peningkatan infeksi, yang menurut WHO terjadi pada kerumunan di stadion sepak bola pada ajang Euro 2020. Ia telah memperingatkan bahwa gelombang baru tidak dapat dihindari jika orang tidak disiplin.
Inggris bersiap untuk mencabut pembatasan penguncian pada 19 Juli, bahkan ketika kasus varian Delta meningkat. Jerman mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka memperkirakan varian tersebut menyebabkan hingga 80 persen infeksi bulan ini dan Portugal telah memberlakukan jam malam.
Sertifikat COVID-19
Kasus-kasus baru telah meredam pariwisata musim panas di benua itu, meskipun peluncuran sertifikat perjalanan COVID-19 Uni Eropa dapat mendorong lebih banyak perjalanan.
Regulator obat Eropa mengatakan pada hari Kamis bahwa vaksin COVID-19 yang disetujui di Uni Eropa menawarkan perlindungan terhadap semua varian virus corona, termasuk Delta.
Di Asia, pariwisata internasional sebagian besar masih ditangguhkan.n Pengecualian adalah pulau wisata Thailand di Phuket, yang dibuka kembali pada hari Kamis untuk wisatawan yang divaksinasi sepenuhnya dari luar negeri dalam langkah untuk menghidupkan kembali industri yang babak belur akibat pandemi.
Namun, Thailand pada hari Jumat (2/7) melaporkan hari ketiga berturut-turut dari rekor kematian akibat virus corona. Varian Alpha, yang pertama kali terdeteksi di Inggris, masih menjadi varian dominan di negara tersebut, meski pihak berwenang memperkirakan varian Delta akan mendominasi dalam beberapa bulan ke depan.
"Di Bangkok hampir 40 persen, dalam bulan ini atau berikutnya, semuanya akan menjadi Delta," kata Kumnuan Ungchusak, penasihat kemeterian kesehatan. (dengan Reuters)
Editor : Sabar Subekti
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...