Vatikan Pecat Pastor Polandia Setelah Mengaku Dirinya Gay
VATIKAN, SATUHARAPAN.COM - Tahta Suci Vatikan pada hari Sabtu (3/9) memberhentikan seorang pejabat kunci yang mengaku gay. Ia diberhentikan pada malam berlangsungnya salah satu sidang raya Gereja Katolik setelah mengungkapkan jati dirinya sebagai homoseksual.
Krzysztof Charamsa, seorang teolog Polandia, sejak tahun 2003 bekerja di Kongregasi Doktrin Iman -- yang menjadi perpanjangan tangan Tahta Suci dalam soal doktrinal. Keputusan Tahta Suci pada hari Sabtu itu juga memmberhentikan dia dari pekerjaannya mengajar teologi di universitas kepausan di Roma.
Charamsa, 43, kepada Corriere della Sera, surat kabar Italia, mengaku bahwa dia gay dan memiliki partner (baca: teman hidup, red). Hal itu dia katakan dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada hari Sabtu.
Gereja Katolik tidak menganggap homoseksualitas sebagai dosa tetapi imam Katolik, apakah heteroseksual atau gay, diharuskan hidup selibat.
Charasma juga menggelar konferensi pers dengan pasangannya dan para aktivis gay di sebuah restoran Roma. Mereka telah merencanakan demonstrasi di depan Vatikan tetapi mengubah tempatnya beberapa jam sebelum dimulai.
Vatikan mengatakan pemecatan itu tidak ada hubungannya dengan refleksi Charasma atas kehidupan pribadinya. Yang dianggap sebagai kesalahannya, adalah memberikan wawancara dan merencanakan unjuk rasa, yang dianggap sebagai kesalahan serius dan tidak bertanggung jawab. Apalagi wawancara itu dilangsungkan pada saat dilangsungkannya sidang para uskup yang membahas isu-isu keluarga, termasuk posisi Gereja Katolik terhadap gay.
Dikatakan bahwa tindakannya itu akan tunduk pada keputusan Sinode dan Paus Fransiskus akan membuka sinode itu pada hari Minggu.
Pada konferensi pers, Charamsa mengatakan ia ingin membuat "sebuah suara yang sangat besar untuk kebaikan Gereja" dan menjalankan "tekanan Kekristenan yang baik" terhadap Sinode agar tidak mengabaikan para homoseksual yang beriman.
"Keputusan saya untuk membuka diri adalah salah satu yang sangat pribadi dalam Gereja Katolik yang homofobia dan (bersikap) sangat sulit dan keras (terhadap gay)," katanya.
Dia menyarankan bahwa perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui seberapa banyak homoseksual bekerja di Vatikan. "Kita tidak bisa terus menunjukkan penghinaan dan pelanggaran terhadap homoseksual," katanya.
Isu homoseksualitas dan Gereja Katolik telah mendominasi pembicaraan setelah kunjungan Paus ke Amerika Serikat pekan lalu.
"Saya meminta Paus untuk teguh dan mengingat kami, para homoseksual, lesbian, dan biseksual transeksual sebagai anak-anak Gereja dan bagian dari umat manusia," kata Charamsa. (Reuters)
Editor : Eben E. Siadari
Cara Telepon ChatGPT
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perusahaan teknologi OpenAI mengumumkan cara untuk menelepon ChatGPT hing...