Video Buruh Kelelahan, Buruknya Pabrik Apple Terungkap
LONDON, SATUHARAPAN.COM – Komitmen perusahaan Apple asal Amerika Serikat, untuk memperhatikan kesejahteraan pekerjanya, sepertinya tidak ditepati dengan beredarnya video yang menggambarkan buruh pabrik Apple di Tiongkok tertidur saat shift kerja. Hal ini kemudian diasumsikan bahwa Apple tidak memberikan waktu istirahat yang cukup kepada pekerjanya.
Pabrik manufaktur produk-produk Apple itu diduga memperlakukan pekerjanya dengan ketat, sehingga kerap tertidur sewaktu shift kerja mereka yang berdurasi 12 jam, demikan hasil tim investigasi stasiun televisi BBC untuk program BBC Panorama yang secara diam-diam menyamar masuk ke dalam pabrik.
Para reporter yang menyamar sebagai buruh pabrik Pegatron yang berada di pinggiran Shanghai, Tiongkok itu mendapati para buruh bekerja melebihi ketentuan internasional, yakni 60 jam seminggu, hal lainnya yang juga dilanggar meliputi standar kartu identitas, asrama, ruang rapat dan batas usia buruh.
Cuplikan video juga memperlihatkan para buruh tidak punya pilihan ketika harus lembur untuk bekerja malam-malam dengan posisi berdiri. Bahkan BBC melaporkan seorang reporter yang menyamar dalam investigasi ini harus bekerja 18 hari berturut-turut, kendati sudah berulang kali meminta libur.
Buruh Anak-anak di Bangka
Hal lainnya yang lebih mengejutkan, tim investigasi menemukan hasil tambang timah berasal dari tambang-tambah ilegal di Bangka, Indonesia, di mana anak-anak kecil yang bekerja di dalam kondisi berbahaya. Bahan ilegal inilah yang ternyata bisa masuk rantai pasokan komponen produk Apple.
“Kami mendapat bukti ini dari perjalanan kami hampir dua bulan yang lalu. Kami sudah menyampaikan temuan ini kepada pihak Apple sendiri, dan Apple mengaku mengapresiasi upaya kami. Tapi kami sangat kecewa karena perusahaan itu tetap saja belum mau menjelaskan posisinya di depan publik,” kata Editor BBC Panorama, Ceri Thomas.
Dalam program BBC Panorama tersebut, anak-anak terlihat sedang menambang timah – bahan yang biasanya digunakan dalam perangkat seperti smartphone dan tablet. Akan tetapi penambangan dengan cara tradisional tersebut sangat berbahaya karena penambang bisa terkubur hidup-hidup ketika dinding pasir atau lumpur runtuh.
BBC melakukan wawancara dengan Rianto (12 tahun) yang bekerja dengan ayahnya di bagian bawah tebing setinggi 70 kaki (sekitar 23,33 meter) dari pasir tempat mereka menambang timah.
“Saya khawatir tanah longsor dari atas sana, itu bisa saja terjadi...” ujar Rianto.
Dalam sebuah email dari Apple senior vice president of operations, Jeff Williams kepada BBC mengatakan, “Tim kami telah mengunjungi wilayah yang sama dengan yang dikunjungi oleh BBC, dan tentu saja kita terkejut dengan apa yang terjadi di sana. Kami juga mempelopori pembentukan Kelompok Kerja Timah Indonesia dengan perusahaan teknologi lainnya. Apple mendorong untuk menerapkan sistem smelter yang akuntabel sehingga kita dapat meningkatkan pertambangan rakyat di Indonesia.”
“Kami tahu ada banyak masalah di luar sana, dan pekerjaan yang kami lakukan belum maksimal. Kami tidak akan berhenti bekerja keras sampai setiap orang dalam rantai pasokan kami diperlakukan dengan terhormat dan bermartabat,” ujar Williams menambahkan.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Empat Kue Tradisional Natal dari Berbagai Negara
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM - Perayaan Natal pastinya selalu dipenuhi dengan makanan-makanan berat untu...