Waktu
Waktu disuruh memilih
antara Dia dan Barabas Si Pemberontak dan pembunuh itu
orang-orang berteriak, ”Salibkan Dia, salibkan Dia, bebaskan Barabas.”
Seperti Pemilu barusan;
dengan sorak-sorai rakyat memilih Barabas-Barabas
ketimbang mereka yang bertarung pada politik salib.
Waktu kepala-Mu ditancap mahkota duri
Kau tidak meronta.
Seperti seorang TKW yang diperkosa tuannya
lalu mengaku bersalah ketika pengadilan
jatuhkan vonis mati.
Waktu usus-Mu terburai
burung-burung nazar mengais-ngais
di sekitar sekarat tubuh-Mu.
Seperti anak-anak pemulung
memilah-milah apa yang bisa dimakan
di antara tumpukan sampah.
Waktu Kau mati sebagai penjahat
keadilan tampak tenggelam dikulum langit hitam.
Seperti sejarah kita yang berlumuran darah,
dibaca seperti anak kecil yang baru saja menjambak rambut temannya
kemudian bermain lagi, tertawa lagi,
seolah-olah rambut teman tidak pernah dijambak.
Waktu Kau bangkit pada hari ketiga
di pagi ketika mentari siap merekah
aku sudah berada di Firdaus
bersama perempuan sundal itu.
Editor: ymindrasmoro
Email: inspirasi@satuharapan.com
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...