Wall Street Naik Meski Data Ekonomi Mengecewakan
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM - Saham-saham di Wall Street berakhir lebih tinggi pada Kamis Jumat (14/2) pagi WIB, mengabaikan data penjualan ritel dan klaim pengangguran yang mengecewakan.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik 63,65 poin (0,40 persen) menjadi 16.027,59.
Indeks berbasis luas S&P 500 bertambah 10,57 poin (0,58 persen) menjadi 1.829,83, sementara indeks komposit teknologi Nasdaq melompat 39,38 poin (0,94 persen) menjadi 4.240,67.
Saham-saham dibuka lebih rendah, namun tetap positif menyusul kenaikan menjelang siang, setelah beberapa data ekonomi melemah.
Penjualan ritel AS tak terduga turun 0,4 persen pada Januari, penurunan bulanan kedua berturut-turut, menurut Departemen Perdagangan.
Departemen Tenaga Kerja melaporkan klaim awal mingguan untuk asuransi pengangguran naik menjadi 339.000 dari 331.000 minggu sebelumnya, sedikit lebih besar dari perkiraan namun sejalan dengan tren jangka panjang.
Michael James, direktur pelaksana perdagangan saham di Wedbush Securities, mengatakan investor melihat data sebagai "terutama berhubungan dengan cuaca" setelah serangkaian cuaca musim dingin yang parah menekan kegiatan ekonomi.
Penurunan terbaru dalam saham-saham adalah "kesempatan yang layak untuk menaruh beberapa uang bekerja," kata James.
Tetapi Brent Schutte, seorang analis pasar di BMO Global Asset Management, mengatakan perdagangan Kamis menunjukkan bahwa "pasar percaya the Fed akan tinggal lebih lama" menyediakan uang murah untuk mendukung perekonomian.
Comcast mengumumkan sebuah usulan akuisisi Time Warner Cable senilai 45,2 miliar dolar AS dalam kesepakatan semua saham itu akan digabungkan atas dua perusahaan TV kabel AS.
Saham Comcast turun 4,1 persen, sementara Time Warner Cable melonjak 7,0 persen.
Kesepakatan itu merupakan kemunduran bagi Charter Communications, yang telah berusaha untuk mengakuisisi TWC. Saham Charter turun 6,3 persen.
Pepsico jatuh 2,2 persen karena menolak permintaan untuk "spin-off" (pemisahaan) perusahaan bisnis minuman Amerika Utara, dengan alasan produk sangat penting untuk kinerja ritelnya secara keseluruhan.
Aktivis pemegang saham Nelson Peltz telah menekan untuk melakukan "spin-off" setelah penjualan turun. Laba kuartalan naik 4,9 persen menjadi 1,7 miliar dolar AS.
General Motors turun 1,0 persen setelah mengumumkan penarikan hampir 780.000 sedan yang dijual di Amerika Utara untuk masalah saklar pengapian yang bisa mematikan perangkat listrik mobil yang sedang bergerak, termasuk "airbags" (kantung udara).
Raksasa teknologi Cisco turun 2,5 persen karena laporan laba lemah yang menunjukkan penurunan 54,5 persen dalam keuntungan menjadi 1,4 miliar dolar AS. Kepala eksekutif John Chambers mengutip penjualan mengecewakan di pasar negara berkembang sebagai hambatan besar pada hasil.
Harga obligasi naik. Imbal hasil pada obligasi 10-tahun AS merosot menjadi 2,74 persen dari 2,76 persen, sedangkan pada obligasi 30-tahun turun menjadi 3,69 persen dari 3,72 persen. Harga dan imbal hasil obligasi bergerak terbalik. (AFP)
Serangan Israel di Beirut Menewaskan Juru Bicara Hizbullah, ...
BEIRUT, SATUHARAPAN.COM-Serangan langka Israel di Beirut tengah menewaskan juru bicara utama kelompo...