Warga Kenya Sedih Obama Tidak Berziarah ke Makam Ayahnya
Padahal mereka sudah potong sapi dan kambing, bersiap menyambut kembalinya Putra Kenya, "anak kita."
NAIROBI, SATUHARAPAN.COM - Ketika berita menyebar bahwa Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, tidak akan berkunjung ke kampung halaman ayahnya saat lawatannya ke Kenya yang dimulai pada hari Jumat (24/7), banyak yang kecewa. Warga Kogelo, desa asal ayah Obama, sebelumnya sudah mempersiapkan penyambutan. Seorang mganga, semacam dukun di desa itu, sebelumnya sudah meramalkan bahwa Obama bakal berkunjung.
Ini adalah kunjungan keempat Obama ke Kenya, namun yang pertama dalam kapasitasnya sebagai presiden. Sejak awal, ia sudah mengatakan bahwa dirinya tidak akan ke Kogelo. Menurut dia, sebagaimana dilaporkan oleh BBC, kunjungannya dahulu ke Kogelo --semasa dia menjadi senator-- adalah momen penemuan yang luar biasa.
"Kali ini adalah kunjungan dinas. Anda tidak punya waktu untuk pergi (ke sana). Anda tidak harus mencampurkan urusan (bisnis dengan pribadi)," kata dia dalam wawancara dengan BBC yang disiarkan pada hari Jumat (24/7).
Di Kenya, Obama dianggap bukan hanya putra Desa Kogelo. Ia adalah 'Putra Kenya.' Ketika ia mendarat di bandara internasional Kenyatta. pada hari Jumat, ia disambut dengan karangan bunga dari seorang anak kecil. Lalu ia bersalaman dengan Presiden Uhuru Kenyatta sebelum duduk di belakang sebuah meja untuk mengisi buku tamu, sebuah tradisi di Kenya.
Namun, sebagaimana dilaporkan oleh Los Angeles Times, keputusan Obama untuk tidak berkunjung ke Kogelo sangat mengejutkan bahkan seakan tidak dapat dipercaya oleh sebagian besar warga desa itu. Gagasan bahwa Obama tidak akan menziarahi makam ayahnya bagi mereka tidak masuk akal. Para penduduk sudah memotong sapi dan kambing untuk berpesta merayakan kembalinya "Putra Kita." Pesta itu akan berlalu begitu saja.
Menurut tradisi budaya Luo yang menjadi latar belakang keluarga ayah Obama, leluhur yang sudah meninggal selalu hadir, mempengaruhi hidup keturunannya bahkan dapat memberikan perintah dan permintaan dari liang kuburnya. Mereka meyakini roh-roh leluhur itu harus dihormati dengan menyelenggarakan ritual tertentu, apalagi bila sudah lama tidak pernah berkunjung.
Anthony Omoro, 52 tahun, pendeta di Kibera, mengatakan masyarakat Luo yang berpendidikan barangkali dapat memahami bahwa kunjungan Obama adalah kunjungan kenegaraan yang penting. Tetapi masyarakat tradisional memandang tiadanya kunjungannya ke makam ayahnya tidak bisa diterima.
"Mereka terkejut. Mereka takut leluhur akan marah," kata dia.
"Mereka kecewa karena mereka tidak memahami urusan di sekitar pemerintahan dan kesulitan logistik bila Obama berkunjung. Mereka memandang Obama bukan sebagai presiden tetapi sebagai anak mereka," kata dia.
"Sebagai anak, Anda tidak perlu pengaturan formal untuk datang. Anda tinggal datang saja, dan langsung datang. Bahkan seandainya Anda tidak memberitahu terlebih dulu, itu oke," kata dia.
Kolumnis Okech Kendo di surat kabar Star menulis sebagai berikut: "Di mata penduduk desa, hambatan samudera, laut dan benua tidak membuat ikatan hubungan kekerabatan (dengan Obama) berkurang. Sanak keluarga Obama akan merasa trauma jika Obama tidak 'pulang' pada tahun ketiga masa kedua jabatannya sebagai presiden AS."
Kepercayaan tradisional Kenya meyakini bahwa mereka yang mengabaikan kewajiban mereka kepada leluhur akan diganggu dalam mimpi. Mereka akan menemukan diri mereka berbicara dengan ayah, kakek atau tokoh penting lain yang sudah meninggal. Bagi mereka, nenek moyang tidak terikat pada aturan protokol atau keamanan yang menjadi keprihatinan presiden. Mereka juga tidak peduli tentang jadwal penuh sesak yang mencakup makan malam negara, KTT kewirausahaan global, pertemuan bilateral dan pidato di Kenya.
Menurut tradisi Luo di Kibera, keinginan para leluhur tidak dapat dengan mudah ditolak, tanpa risiko membuat mereka marah.
"Hal ini dapat datang dalam mimpi Anda, seperti dia di sana berbicara dengan Anda, seperti Anda dan saya berbicara sekarang. Dia bisa mengatakan, 'Anda harus pergi mengunjungi kampung halaman Anda,'" kata Elyakim Giddy, 40, seorang pelatih sepak bola di Kibera dan Luo.
"Semua ini datang kepada Anda dalam mimpi Anda: 'Anda harus melakukan ini dan ini. ' Jika ia tidak melakukannya, akhirnya dia tidak akan bahagia."
Pendapat Elyakim Giddy ini tentu dapat diperdebatkan. Yang jelas, sebagaimana dilaporkan oleh The Washington Post, Obama tampak bahagia ketika dua jam sesudah Air Force One mendarat, ia sudah terlihat di restoran Villa Rosa, Hotel Kempinsky di Nairobi. Bersamanya mengelilinginya, tampak lusinan anggota keluarga dekatnya dari Kogelo, yang terbang ke Nairobi untuk menemui dirinya. Diantara mereka adalah neneknya, Mama Sarah, dan adik tirinya, Auma Obama.
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...