Loading...
DUNIA
Penulis: Yan Chrisna Dwi Atmaja 04:34 WIB | Sabtu, 12 Oktober 2013

Warga Pakistan Kecewa Malala Tidak Peroleh Penghargaan Nobel Perdamaian, Taliban Senang

Malala Yousafni

PAKISTAN, SATUHARAPAN.COM - Para sahabat dan pendukung Malala Yousafzai mengutarakan kekecewaan saat mengetahui Malala tidak memperoleh Penghargaan Nobel Perdamaian pada Jumat.

Di sisi lain, kelompok Taliban di negara tersebut justru senang dengan berita itu.

Gadis 16 tahun tersebut sebelumnya diperkirakan akan memenangkan penghargaan Nobel setelah dengan berani melawan Taliban yang mengancam hidupnya karena memperjuangkan hak anak perempuan untuk bersekolah.

Namun komite Nobel justru memberikan penghargaan kepada badan pemusnah senjata kimia "The Prohibition of Chemical Weapons" (OPCW) karena berjasa mengurangi senjata berbahaya tersebut di dunia, khususnya di Suriah.

Pimpinan Partai Tahreek-e-Insaf yang berkuasa di provinsi asal Malala, Imran Khan, mengatakan bahwa dia kecewa.

"Kami bangga dengan anak Pakistan yang harus mengalami trauma di usia yang masih sangat muda. Dia dengan berani memperjuangkan hak anak perempuan untuk mendapatkan pendidikan," kata dia dalam sebuah pernyataan tertulis.

Kekecewaan juga diungkapkan oleh Duta Besar Pakistan untuk Amerika Serikat. Di akun Twitternya, dia menulis "Penghargaan Nobel saat ini terlalu banyak mempertimbangkan hal-hal politis."

Di Mingora, kota di mana Malala tumbuh dan di tembak oleh anggota Taliban pada 9 Oktober 2012, beberapa sahabat dan mantan teman sekolah dengan filosofis juga menyatakan kekecewaan.

"Bukanlah hal yang besar jika dia tidak memenangi Hadiah Nobel, kata Muhammad Fahad (17) kepada AFP.

"Hidup lebih besar dari sekedar Nobel Perdamaian dan kehidupan Malala adalah hadiah terbesar bagi kami. Dia akan memenangi banyak penghargaan lain," kata Fahad.

Sepupu Malala Mahmudul Hassa (33) mengatakan, "Malala adalah hadiah bagi kami karena dia telah kembali hidup setelah hampir meninggal."

Taliban mengatakan bahwa mereka menembak Malala karena melawan seruan organisasi tersebut agar para anak perempuan tidak bersekolah. Mereka juga berulang kali menyatakan akan kembali berusaha membunuh Malala.

Setelah ditembak, Malala diterbangkan ke Inggris untuk dirawat dan secara mengejutkan berhasil sembuh. Dia kini menjadi duta dunia untuk hak anak.

Malala kemudian menulis otobiografi dan mendirikan Yayasan Malala yang bekerja agar anak-anak perempuan di seluruh dunia dapat bersekolah.

Di sisi lain, juru bicara Taliban di Pakistan Shahidullah Shahid mengatakan kepada AFP bahwa Malala belum melakukan apa pun untuk pantas memenangi Nobel.

"Kami sangat senang dia tidak mendapatkan hadiah itu. Dia tidak melakukan hal yang besar sehingga adalah hal baik dia tidak memperoleh Nobel," kata Shahid.

"Penghargaan ini seharusnya diberikan kepada Muslim yang berjuang untuk Islam. Malala justru melawan Islam, dia adalah seorang sekular," kata dia.

Beberapa warga Pakistan nampak setuju dengan pendapat Shahid tersebut -- berbeda dengan sambutan yang diperoleh Malala di negara Barat.

"Sebagian besar orang berpikir kalau peristiwa penembakan Malala itu dipalsukan dan drama yang sengaja diciptakan," kata Ibrar Khan, mahasiswa ilmu politik di Mingora, kepada AFP.

"Ayah Malala memanfaatkan insiden tersebut untuk pergi ke luar negeri dan mendapatkan pekerjaan yang bagus," kata Khan.

Tuduhan yang sama juga diutarakan oleh teman sekolah Malala, Myra Khan. Dia mengatakan bahwa Malala telah meninggalkan akarnya.

"Saya hanya akan menanyakan hal sederhana, apa yang telah dia lakukan untuk hak pendidikan anak perempuan di kota tempat dia lahir?" tanyanya.

"Dia belum mendirikan satu pun organisasi ataupun yayasan yang mendukung pendidikan di Swat (desa tempat Malala lahir)," kata Myra Khan. (Ant)


BPK Penabur
Gaia Cosmo Hotel
Kampus Maranatha
Back to Home