Wawancara Janda Teroris Paris Muncul di Majalah Prancis
PARIS, SATUHARAPAN.COM - Sebuah edisi terbaru majalah berbahasa Prancis menampilkan wawancara sepanjang dua halaman dengan Hayat Boumeddiene, istri dari salah seorang teroris yang menyerang supermarket di Paris yang membunuh empat orang, beberapa jam setelah tragedi Charlie Hebdo pada 9 Januari lalu.
Dalam wawancara dengan majalah bernama Dar al Islam dan mulai beredar di akun twitter pro NIIS pada hari Rabu,
Hayat Boumeddiene yang diyakini sudah menghilang ke Suriah sebelum Serangan Paris itu, tiba dengan selamat di Suriah. Meskipun demikian, tidak ada gambar yang disertakan untuk membuktikan klaim itu.
Pakar terorisme Prancis Jean-Charles Brisard mengatakan kepada CNN bahwa majalah yang diperkirakan merupakan majalah resmi NIIS wawancara tersebut merupakan tanda bahwa Boumeddiene telah mencapai teritori NIIS.
Dalam artikel itu, Boumeddiene ditanya bagaimana perasaan Coulibaly, suaminya, tentang pengumuman NIIS yang telah mendirikan khalifah atau Negara Islam di wilayah di Suriah dan Irak. Boumeddiene menjawab bahwa suaminya yang telah terbunuh oleh polisi Prancis, sejak lama ingin bergabung.
Boumeddiene, 26 tahun, mengklaim dalam wawancara tersebut dia tidak menemui kesulitan untuk tiba di wilayah NIIS dan dia merasa senang sudah menginjakkan kaki di tanah NIIS.
Ia tidak menjelaskan secara terperinci peranannya dalam Serangan Paris.
Edisi baru majalah itu berjudul "May Allah Curse France" atau Semoga Allah Mengutuk Prancis, menampilkan gambar sampul menara Eiffel sedang dikawal oleh tentara Prancis. Juga ditampilkan beberapa gambar keadaan setelah serangan Paris.
Tulisan itu memuji Coulibaly dan menyerukan serangan lebih banyak lagi terhadap mereka yang "menghina Nabi (Muhammad)".
Edisi pertama majalah itu terbit pada 23 Desember dan telah diposting pada akun resmi Twitter NIIS, menurut MEMRI, sebuah organisasi pelacakan situs jihad.
Boumeddiene diyakini telah menyeberang ke Suriah dari Turki ketika Coulibaly mulai merancang terorisme di Paris. Dalam sebuah video yang dikirimkan via email sebelum Serangan Paris, Coulibaly berjanji setia kepada pemimpin NIIS Abu Bakr al-Baghdadi.
Pada bulan Januari, CNN memperoleh video yang menunjukkan Coulibaly dan Boumeddiene sedang berada di luar sebuah kantor lembaga Yahudi di Paris.
Sebuah sumber mengatakan bahwa video itu menegaskan bahwa pasangan itu melakukan pengawasan terhadap calon serangan selama berbulan-bulan sebelum Coulibaly meluncurkan serangan di supermarket Paris.
Sebelumnya, surat kabar The Washington Post pernah melaporkan Boumeddiene pernah mengunjungi masjid di Malaysia untuk berlindung dan memperdalam imannya. Surat kabar itu mengatakan penyelidik meyakini bahwa perempuan berdarah Prancis yang paling dicari saat ini tersebut, mengetahui rincian penting tentang rencana serangan tiga hari terhadap tabloid satir Charlie Hebdo, terhadap seorang polisi serta terhadap supermarket yang totalnya memakan korban 17 orang terbunuh.
Suami Boumeddiene, yaitu Amedy Coulibaly, 32, terbunuh oleh polisi Perancis setelah ia menjadikan seorang pelanggan toko sebagai sandera bersenjatakan senapan serbu Kalashnikov.
Dia diduga merupakan sekutu dari dua Kouachi bersaudara yang melakukan pembantaian mematikan di kantor Charlie Hebdo, yang telah menerbitkan aliran kartun kontroversial Nabi Muhammad.
Editor : Eben Ezer Siadari
Laporan Ungkap Hari-hari Terakhir Bashar al Assad sebagai Pr...
DAMASKUS, SATUHARAPAN.COM-Presiden terguling Suriah, Bashar al Assad, berada di Moskow untuk menghad...