Wayang Orang Barata Pentaskan Sang Sumantri
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Wayang Orang Bharata mempersembahkan karya anak panggung berjudul ‘Sang Sumantri’. Acara yang digelar pada Selasa (17/12) dan Rabu (18/12) di Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki didukung Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta.
Wayang Orang Bharata mengabdi pada kesenian wayang orang selama 41 tahun di Jakarta. Ini membuktikan wayang orang bukanlah pertunjukan usang ketinggalan jaman.
Lakon ‘Sang Sumantri’ ini digarap professional dari sisi koreografi, kostum, dan ilustrasi gending dengan merangkai penyajian tradisional dan elemen-elemen teater modern. Hal ini menunjukkan wayang orang mampu bersaing dengan bentuk seni panggung kontemporer lainnya, layak mendapat apresiasi, dan sangat dapat dinikmati.
Sang Sumantri
Lakon ‘Sang Sumantri’ ini menceritakan pasangan anak kembar laki-laki terlahir dari isteri Maha Resi Suwandagni. Kakaknya yang bernama Sumantri berwajah ksatria tampan sementara adiknya bertampang raksasa kecil buruk rupa bernama Sukasrana. Tetapi dewa-dewa kahyangan berkenan kepada Sukasrana sehingga membawanya ke kahyangan untuk diangkat anak.
Pada suatu hari Sumantri menghadap Raja Harjuna Sasrabahu di Maespati dan menyampaikan keinginannya untuk mengabdi. Raja Harjuna Sasrabahu menerimanya dengan syarat asalkan Sumantri dapat merebut puteri dari negeri Magada bernama Dewi Citrawati untuknya. Sumantri menyanggupi.
Dengah gagah perkasa Sumantri berhasil menyisihkan semua lawannya dalam sayembara merebut Dewi Citrawati. Setelah berhasil, Sumantri berniat memiliki Dewi Citrawati untuknya sendiri. Dia memberontak melawan Raja Harjuna Sasrabahu karena mengira dapat mengalahkan Raja Harjuna Sasrabahu. Raja Harjuna Sasrabahu murka sehingga bertarung dengan Sumantri. Akhirnya Sumantri dikalahkan. Sumantri memperoleh pengampunan Raja Harjuna Sasrabahu dan masih diterima untuk mengabdi dengan syarat dapat memindahkan taman Sriwedari yang berada di kahyangan ke Maespati. Sumantri menyanggupi.
Sumantri dibantu adiknya Sukasrana yang selama ini diangkat anak oleh dewa-dewa kahyangan sehingga taman Sriwedari di kahyangan dapat dipindahkan ke Maespati. Tetapi tampang buruk rupa Sukasrana tetap menimbulkan rasa malu Sumantri. Dia meminta Sukasrana adiknya bersembunyi dan tidak menampakkan diri apalagi menemuinya di muka umum.
Pada suatu hari raksasa kecil buruk rupa menampakkan diri di depan Dewi Citrawati dan para dayangnya ketika sedang bersukaria di taman Sriwedari. Mereka lari ketakutan melihat raksasa kecil buruk rupa.
Sumantri segera datang memeriksa taman. Dia bukan main marahnya ketika tahu raksasa kecil buruk rupa yang menakutkan Dewi Citrawati dan para dayangnya itu adiknya sendiri.
Sumantri mengancam Sukrasana untuk pergi meninggalkan taman Sriwedari. Dia menakuti-nakuti Sukasrana dengan panahnya. Tetapi anak panah itu terlepas dari busurnya dan mengenai Sukasrana.
Sukrasana yang mengasihi kakaknya dalam sakratul maut sempat memberitahu Sumantri bahwa dia akan menjemput kakaknya Sumantri ke kahyangan, apabila kelak kakak berhadapan dengan raja bermuka sepuluh bernama Rahwana.
Di akhir cerita, Sumantri kalah bertarung melawan Rahwana dan perkataan Sukasrana pun tergenapi. Sukasrana menyambut Sumantri, kakak yang dikasihinya itu, dan mereka pergi berdua ke kahyangan.
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
AS Laporkan Kasus Flu Burung Parah Pertama pada Manusia
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Seorang pria di Louisiana, Amerika Serikat, menderita penyakit parah perta...