WCC Undang Pemuda Kristen di Seluruh Dunia Ikuti Stewards Programme
JENEWA, SATUHARAPAN.COM – Para pemuda Kristen dari seluruh dunia diundang untuk mengajukan permohonan kepada Dewan Gereja Dunia (WCC) untuk mengikuti program pandu (Stewards Programme 2014) dalam pertemuan Komite Sentral WCC yang akan diselenggarakan dari 26 Juni-10 Juli 2014.
Para peserta Stewards Programme, selama pertemuan Komite Sentral akan membantu dalam bidang ibadah, manajemen acara dan lokasi, dokumentasi, komunikasi, dan tugas-tugas administrasi serta dukungan lainnya, berdasar rilis WCC, Senin (27/1).
Ini adalah pertemuan pertama Komite Sentral setelah Sidang Raya ke-10 WCC di Busan, akhir Oktober lalu. Komite Sentral dipilih oleh peserta Sidang Raya dari antara delegasi dan berfungsi sebagai badan kepala WCC sampai sidang berikutnya, bertemu setiap 12 sampai 18 bulan. Mereka bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan yang diputuskan Sidang, meninjau dan mengawasi program WCC dan mengadopsi anggaran Dewan.
Pemerlengkapan
Sebelum pertemuan dimulai, para peserta Stewards Programme akan mengikuti program belajar ekumenis, mendorong mereka untuk mendiskusikan isu-isu kunci gerakan ekumenis di seluruh dunia.
Setelah pertemuan, mereka akan merancang proyek-proyek ekumenis yang akan mereka terapkan di gereja-gereja dan komunitas mereka setelah mereka kembali.
Stewards Programme ini adalah pengalaman ekumenis yang unik tentang kebersamaan dengan orang-orang muda dari berbagai gereja, negara dan budaya.
Para pemuda yang tertarik untuk ikut program pandu ini diundang mengirimkan formulir pendaftaran ke program pemuda WCC paling lambat 21 Februari 2014. Dalam Pelamar harus berusia antara 18 dan 30 tahun. Pertemuan Komite Sentral WCC akan berlangsung di Jenewa, Swiss. Formulir pendaftaran bisa diunduh dalam bentuk PDF atau MSWord.
Biaya Disubsidi
Menariknya, untuk ikut program ini, WCC menyediakan subsidi untuk transportasi dan akomodasi selama tinggal di Jenewa. Anda hanya perlu mengisi dalam formulir pendaftaran berapa kemampuan Anda untuk berpartisipasi dalam acara tersebut.
Belajar Keberagaman
Ini mungkin tampak seperti tugas sepele—membantu dalam pengaturan logistik dari pertemuan besar. Namun, menjadi “pelayan” dalam pertemuan Komite Sentral WCC, tugas ini berarti lebih dari sekadar menjadi pendukung kelancaran acara. Pada pertemuan WCC pada September 2012 lalu, ada beberapa kesaksian dari para peserta.
“Ya, kami bisa membantu dengan dokumentasi dan pengaturan logistik pertemuan. Namun, hal ini disertai dengan belajar tentang cara yang berbeda untuk hidup iman Kristen dan mengalami lingkungan multi-budaya,” kata David Rubén Romero-Mazzini, dari Evangelical Youth Network di Peru.
Pada usia 26, Romero-Mazzini bekerja sebagai pandu pemuda di pertemuan Komite Sentral ke-60 dari WCC, berlangsung dari 28 Agustus-5 September di Akademi Ortodoks Kreta di Yunani.
“Sejujurnya, saya hanya tahu sedikit tentang WCC sebelum saya datang ke sini. Keterlibatan saya dalam kegiatan pemuda terbatas di gereja kecil saya,” kata Judit Agota Kantor (23). Dia berasal dari Baptist Union of Hungaria, dan berpartisipasi dalam pertemuan Komite Sentral WCC adalah pengalaman pertama ikut “paparan ekumene internasional”.
Kantor datang ke Kreta tanpa harapan muluk selain untuk belajar tentang pelayanan gereja. Ia berminat karena ia juga seorang mahasiswa hubungan internasional. Perspektif gereja terhadap isu-isu internasional adalah yang membuat pertemuan ini menjadi pengalaman belajar yang positif baginya.
Berdasarkan tradisi stewards programme di masa lalu, inisiatif ini dianggap sebagai platform pembentukan ekumenis bagi kaum muda. Hal ini juga dikatakan menjadi kesempatan untuk “mencetak para pemimpin ekumenis”. Namun, Nam Ki-Pyung, (28) mahasiswa teologi dari Gereja Methodist Korea, memiliki pemahaman yang berbeda tentang peran pemuda dalam gereja-gereja.
“Orang-orang muda selalu dianggap sebagai 'masa depan gerakan ekumenis'. Namun, saya menemukan sesuatu yang klise tentang hal itu. Saya pikir kami bukanlah motor masa depan, melainkan kamilah motor gerakan ekumenis saat ini,” kata Ki-Pyung. Baginya, orang-orang muda di gereja-gereja memiliki potensi besar sekarang. Jika mereka diberi kesempatan, kata Ki-Pyung, mereka dapat memberikan kontribusi perspektif segar tentang isu-isu yang menjadi perhatian ekumenis.
Pada pertemuan Komite Sentral di Kreta, lebih dari 20 pelayan bekerja dalam mendukung dan dikoordinasi oleh staf WCC. Mereka berkontribusi pada ibadah doa, dokumentasi, logistik, serta membantu peserta pertemuan dengan cara tertentu.
Namun, untuk Jean Nenda-Nyeche, program ini berarti “pelebaran cakrawala”. “Alasan mengapa saya melamar untuk stewards programme adalah untuk memperpanjang perspektif saya pada ekumenisme. Sementara kami bisa membantu dalam menjalankan pertemuan tersebut, juga merupakan kesempatan bagi kami untuk mendengarkan para pemimpin ekumenis dan gereja,” kata Nenda-Nyeche (25) pelayan dari Gereja Anglikan St Paul dari Athena, Yunani. (oikoumene.org)
Haul Gus Dur, Menag: Gus Dur Tetap Hidup dalam Doa
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM-Menteri Agama, Nasaruddin Umar, mengatakan, “Gus Dur adalah pribadi y...