WHO: Diperkirakan 23 Juta Orang Terdampak Gempa di Turki dan Suriah
Korban meninggal tercatat mencapai lebih dari 5.000 orang dan pencarian korban terus berlanjut.
ANKARA, SATUHARAPAN.COM – Sekitar 23 juta orang diperkirakan terkena dampak gempa besar yang telah menewaskan ribuan orang di Turki dan Suriah, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan pada hari Selasa (7/2).
“Peta ikhtisar peristiwa menunjukkan bahwa 23 juta orang berpotensi terpapar, termasuk sekitar lima juta populasi rentan,” kata petugas darurat senior WHO, Adelheid Marschang, kepada komite eksekutif badan kesehatan PBB.
Korban tewas akibat gempa berkekuatan 7,8 dan beberapa gempa susulan di Turki dan Suriah naik menjadi lebih dari 5.000 pada hari Selasa, karena lebih banyak mayat ditarik dari puing-puing bangunan yang runtuh.
Wakil Presiden Turki, Fuat Oktay, mengatakan jumlah total kematian di Turki telah meningkat menjadi 3.419, dengan 20.534 orang lainnya terluka. Itu membuat jumlah orang yang terbunuh menjadi 5.102, dengan 1.602 orang lainnya dipastikan tewas di sisi perbatasan Suriah.
Gempa bumi melanda wilayah Turki dan Suriah pada hari Senin (6/2) pagi, merobohkan ribuan bangunan. Tim penyelamat berlpacu dengan kepanikan untuk menemukan lebih banyak orang yang selamat tetapi upaya mereka terhalang oleh suhu di bawah titik beku dan sekitar 200 gempa susulan yang terjadi, yang membuat pencarian melalui struktur yang tidak stabil menjadi berbahaya.
Negara-negara di seluruh dunia mengirim tim untuk membantu upaya penyelamatan, dan badan manajemen bencana Turki mengatakan lebih dari 24.400 personel darurat kini berada di lapangan. Tetapi dengan begitu luasnya wilayah yang dilanda gempa pada hari Senin dan hampir 6.000 bangunan dipastikan telah runtuh di Turki saja, upaya mereka tidak maksimal.
Upaya untuk mencapai korban selamat juga terhalang oleh suhu di bawah titik beku dan hampir 200 gempa susulan, yang membuat pencarian melalui struktur yang tidak stabil menjadi berbahaya.
Nurgul Atay mengatakan kepada The Associated Press bahwa dia dapat mendengar suara ibunya di bawah puing-puing bangunan yang runtuh di kota Antakya, ibu kota Provinsi Hatay, tetapi upayanya dan orang lain untuk masuk ke reruntuhan itu sia-sia tanpa kru penyelamat dan alat berat untuk membantu.
“Kalau saja kami bisa mengangkat lempengan beton itu, kami bisa menjangkaunya,” katanya. "Ibuku berusia 70 tahun, dia tidak akan bisa bertahan lama."
Di seberang Provinsi Hatay, tepat di barat daya pusat gempa, para pejabat mengatakan sebanyak 1.500 bangunan hancur dan banyak orang melaporkan kerabat mereka terjebak di bawah reruntuhan tanpa bantuan atau tim penyelamat tiba.
Di area tempat tim bekerja, sesekali sorakan terdengar sepanjang malam saat para penyintas dibawa keluar dari reruntuhan.
Gempa tersebut, yang berpusat di provinsi Kahramanmaras di tenggara Turki, membuat penduduk Damaskus dan Beirut bergegas ke jalan dan getarannya dirasakan hingga Kairo, Mesir. (AFP/AP)
Editor : Sabar Subekti
Korban Pelecehan Desak Vatikan Globalkan Kebijakan Tanpa Tol...
ROMA, SATUHARAPAN.COM-Korban pelecehan seksual oleh pastor Katolik mendesak Vatikan pada hari Senin ...