WHO Sebut Risiko Global Wabah Virus Corona Tinggi
Koreksi Pernyataan Menyebutkan: Risiko di China Sangat Tinggi, Regional Tinggi, dan Global Tinggi.
JENEWA, SATUHARAPAN.COM-Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Senin (27/1) mengatakan bahwa risiko global akibat penyebaran virus corona yang mematikan di China "tinggi." Badan itu mengakui kesalahan dalam laporan sebelumnya yang mengatakan situasinya itu "moderat."
Badan kesehatan PBB itu mengatakan dalam laporan situasi yang dipublikasikan hari Minggu (26/1) malam waktu setempat bahwa risikonya "sangat tinggi di China, dan tinggi di tingkat regional, dan tinggi di tingkat global," menurut laporan AFP.
Dalam catatan kaki laporan itu, WHO mengatakan ada "kesalahan" dalam komunikasi sebelumnya yang diterbitkan pada hari Kamis, Jumat dan Sabtu yang "salah," dengan mengatakan risiko global "moderat."
Ditanya untuk lebih detail, juru bicara WHO, Fadela Chaib, hanya mengatakan bahwa itu adalah "kesalahan dalam susunan kata."
WHO pada hari Kamis (24/1) berhenti menyatakan wabah virus corona itu sebagai darurat kesehatan masyarakat internasional, suatu penunjukan yang jarang dilakukan, dan yang hanya digunakan untuk wabah paling parah yang dapat memicu tindakan internasional yang lebih terpadu.
Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, yang mengunjungi China pekan ini untuk membahas tindakan lebih lanjut untuk mengatasi penularan penyakit akibat virus itu, pada hari Kamis mengatakan: "Ini adalah keadaan darurat di China, tetapi belum menjadi keadaan darurat kesehatan global."
Pendekatan yang hati-hati oleh WHO dapat dilihat dalam konteks kritik di masa lalu atas penggunaan istilah yang lambat atau terlalu terburu-buru dalam menetapkan keadaan seperti itu yang pertama kali digunakan untuk pandemi flu babi yang mematikan, H1N1, pada tahun 2009.
Selama penyebaran wabah itu, badan kesehatan PBB itu dikritik karena memicu kepanikan dalam membeli vaksin akibat pengumuman bahwa tahun itu wabah telah mencapai proporsi pandemi. Namun kemudian menimbulkan kemarahan, ketika ternyata virus hampir tidak sama berbahayanya dengan perkiraan pertama.
Tetapi kemudian pada tahun 2014, WHO mendapat kritik keras karena meremehkan epidemi Ebola yang menghancurkan tiga negara di Afrika barat, mengklaim lebih dari 11.300 jiwa meninggal pada 2016.
Editor : Sabar Subekti
Bebras PENABUR Challenge : Asah Kemampuan Computational Thin...
Jakarta, satuharapan.com, Dunia yang berkembang begitu cepat memiliki tantangan baru bagi generasi m...