Women’s March Jakarta 2019 Tuntut Pengesahan RUU PKS
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Ratusan orang dari berbagai komunitas mengikuti pawai perempuan atau Women’s March Jakarta 2019 dari Hotel Sari Pan Pasific menuju Taman Aspirasi Monas Jakarta.
Ketua Pelaksana Women’s March Jakarta Fahmia Badib mengatakan, sekitar 50 lembaga dan komunitas mengikuti aksi pawai di Jakarta pada Sabtu (27/4/2019), di antaranya Amnesty International Indonesia, Koalisi Perempuan Indonesia, dan Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (Jala PRT).
Fahmia Badib, seperti dilaporkan Sasmito Madrim dari VOA Indonesia, menyebutkan ada 10 tuntutan yang mereka sampaikan dalam pawai tahun 2019. Salah satunya, mendesak agar RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS) segera disahkan.
“Kami juga ingin ada turunan-turunan atau implementasi dari undang-undang yang sudah disahkan. Termasuk yang berkaitan dengan pekerja rumah tangga. Dan kami juga mendorong untuk akses dan hak yang setara untuk seluruh kelompok perempuan, termasuk kelompok disabilitas, perempuan adat, serta kelompok minoritas lain,” kata Mia, di Taman Aspirasi Monas, Jakarta, Sabtu (27/4/2019).
Pawai itu juga diikuti aktris Hannah Al Rasyid. Menurutnya, perlu upaya bersama di kalangan perempuan untuk memerangi kekerasan seksual di Indonesia yang tergolong tinggi. Semisal, dengan meningkatkan kepedulian terhadap perempuan-perempuan di lingkungan sekitar.
“Saya ingin kalian semua melihat sekeliling, lihat kanan kiri. Ini adalah salah satu cara mendukung. Saya ingin kalian sepanjang acara ini, tolong bertemu dan berbicara dengan orang-orang baru. Dan bentuklah organisasi,” ujar Hannah.
Pawai juga banyak diikuti kalangan laki-laki, satu di antaranya sutradara film Joko Anwar. Kata Joko Anwar, gerakan perempuan tidak hanya penting bagi perempuan, namun juga laki-laki atau masyarakat umum. Menurutnya, kemajuan masyarakat akan lebih progresif jika masyarakat tersebut menghargai kesetaraan gender. Karena itu, kata Joko Anwar, ia selalu memasukkan nilai-nilai keseteraan gender dalam setiap film filmnya.
“Yang bisa dilakukan teman-teman laki-laki, yang pertama mulai dari dirinya sendiri. Masih banyak yang merasa bahwa gerakan kesetaraan gender ini adalah gerakan hanya untuk perempuan, tapi untuk laki-laki juga. Kalau sebuah masyarakat terjadi kesetaraan gender, ini membuat masyarakat lebih punya power, lebih maju, dan progresif,” kata Joko Anwar.
Senada dengan Joko Anwar, warga Jakarta, Bimo Aria Fundrika yang juga ikut Women’s March Jakarta 2019 mengatakan, selain memberikan dukungan kepada perempuan, aksi ini juga penting untuk laki-laki.
“Karena menurut saya, konstruksi sosial sekarang yang menuntut laki-laki untuk menjadi maskulin itu juga merugikan laki-laki juga, makanya konstruksi yang seperti itu mesti diubah. Karenanya saya ikut Women's March ini,” tutur Bimo.
Women’s March Jakarta merupakan gerakan yang dimunculkan untuk memperingati Hari Perempuan Internasional yang jatuh setiap 8 Maret. Namun, tahun ini kegiatannya diubah menjadi bulan April untuk sekaligus mengenang Raden Ajeng Kartini. Gerakan ini untuk mendorong perubahan sosial, budaya, hukum dan ekonomi perempuan.
Prasasti Batu Tertua Bertuliskan Sepuluh Perintah Tuhan Terj...
NEW YORK, SATUHARAPAN.COM-Prasasti batu tertua yang diketahui yang bertuliskan Sepuluh Perintah Tuha...