Zuhairi Misrawi: ISIS Beri Harapan Negara Islam ke Pendukung
JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Zuhairi Misrawi—salah satu penulis dan intelektual muda Nahdlatul Ulama yang juga merupakan pengamat keislaman dan Timur Tengah—memaparkan pikirannya. Menurutnya, ISIS (Islamic State of Irac and Syria) adalah kelompok yang menginginkan berdirinya negara Islam dan menghalalkan kekerasan untuk mencapai tujuan tersebut. Berikut wawancara satuharapan.com dengan Zuhairi Misrawi di Media Center Jokowi-JK, Menteng, Jakarta Pusat pada Jumat (8/8).
Satuharapan.com: Apa yang membuat ISIS digemari di Indonesia?
Zuhairi Misrawi: ISIS mendapat respons yang relatif baik di kalangan masyarakat Islam di Indonesia karena dia memberikan harapan tentang ideologi yang disebut dengan negara Islam atau Islamic State di mana kita tahu bahwa ideologi ini menjadi sangat popular di dunia Islam pasca-jatuhnya dinasti Ottoman pada tahun 1923 (Kekaisaran Ottoman Turki = Kekhalifahan Ustmaniyah, Red).
Sebenarnya ada ideologi yang relatif modern dan kontemporer dan dia baru muncul ketika dinasti Islam itu jatuh lalu salah satu solusi untuk membangkitkan kembali kesadaran umat Islam dalam tim politik itu adalah dengan membangun negara Islam.
Nabi sendiri dalam sejarah tidak pernah mencita-citakan negara Islam karena yang dibangun oleh nabi itu adalah negara modern yang disebut dengan negara berkeadaban yaitu Madinah. Madinah ini adalah tempat di mana sebenarnya konstitusinya itu mencerminkan seperti Pancasila yaitu menerima keberagaman, mendorong kedamaian dan kesetaraan di depan hukum. Tetapi, pasca-jatuhnya dinasti Ottoman pada 1923 muncul gerakan-gerakan Islamis dalam artian yang mempunyai ideologi politik beraliran Islam muncul di antaranya adalah yang paling awal yaitu Ikhwanul Muslimin pada 1928 di Mesir.
Itu menjadi akar dari munculnya gerakan Islamis di dunia Islam. Nah, ISIS pada 2013 mendeklarasikan dirinya sebagai gerakan Islamis yang membawa haluan ekstrem dalam Islam. ISIS menolak keberadaan non-muslim, Syiah, dan menggunakan kekerasan di dalam setiap tindakan-tindakan politiknya. Tetapi, dia mendapat respons yang sangat baik karena mampu memberikan jawaban dan harapan sebagian umat islam tentang berdirinya negara Islam. Jadi secara umum mengapa mendapat respons positif karena ada ideologi di situ yang kuat.
Yang kedua adalah kelompok ini adalah gerakan yang terorganisir. Ada pemimpinnya, ada wilayah yang dikuasai yaitu di Irak, Mosul, perbatasan Ramadi, Rakala, dan Rakas.
Yang ketiga adalah ada dana yang dimiliki karena mereka mencaplok sebagian kilang minyak di Suriah bahkan minyak yang dikuasai oleh ISIS dijual kepada pemerintahan Bashar al-Ashar dan minyak di Irak dikuasai oleh ISIS.
Alasan yang terkait dengan kita karena secara politis harus diakui karena masih ada gerakan-gerakan dan partai politik yang mengusung ideologi Negara Islam itu. Walaupun sebenarnya mereka memakai pola moderasi yang disampaikan kepada masyarakat. Tapi, ada gerakan partai politik yang mengusung ideologi negara Islam atau ideologi syariat Islam, maka ini semacam perkawinan ideologis antara ISIS sebagai “Negara Islam” dengan gerakan-gerakan partai politik dan mengusung ideologi yang sama. Dan, kita tahu demokrasi di Indonesia memberikan ruang kebebasan yang sama kepada setiap orang dan setiap kelompok untuk menyampaikan ekspresi dan pandangannya dan pascaevolusi ‘98 kalau ideologi dan perda-perda syariah juga bergerak sangat cepat di Indonesia.
Satuharapan.com: Berarti faktor ekonomi juga merupakan salah satu faktor mengapa orang Indonesia dukung ISIS?
Zuhairi Misrawi: Soal dana, kita bisa melihat fenomena dari fakta yang muncul di lapangan. Misalnya mereka menerbitkan majalah, tabligh akbar, menyewa hotel untuk melakukan gerakan dan perekrutan anggota. Ini kan memerluka dana yang besar dan artinya mereka adalah kelompok yang aktif dan patut dicurigai ada aliran dana dari ISIS di Irak ke Indonesia baik melalui mantan mujahidin dari Indonesia yang bergabung di Suriah.
Satuharapan.com:Tafsir Islam apa yang dianut oleh ISIS?
Zuhairi Misrawi: ISIS ini mengingatkan saya kepada kelompok Khawarij ini di awal sejarah Islam di mana mereka menghalalkan kekerasan untuk mencapai tujuan. Ideologi ini sudah lama dilupakan oleh Islam karena merupakan catatan buruk bagi umat Islam. Islam adalah agama yang mengajarkan kepada kedamaian, kemanusiaan. Tetapi ISIS kemudian mengubah wajah itu dengan menghalalkan kekerasan untuk mencapai tujuan politik. Sebenarnya negara Islam itu harusnya berlandaskan kepada nilai-nilai yang Islami.
Menurut saya, surat al-Maidah yang menjadi landasan mereka untuk berbuat sekejam itu. Dalam surat itu dikatakan: “Siapa pun yang tidak menegakkan hukum Islam adalah orang-orang kafir.”
Satuharapan.com: Mengapa kelompok islam moderat terkesan lembek terhadap kelompok intoleran?
Zuhairi Misrawi: Saya sebenarnya mengapresiasi langkah yang diambil oleh MUI. Ini merupakan langkah yang tepat untuk kepentingan bangsa terhadap kebhinekaan dan mengawal Islam yang rahmatan lil’ alamin. Tapi, memang sangat disayangkan bahwa MUI terkesan seperti pemadam kebakaran. Ketika sudah terjadi sesuatu baru mereka bertindak. Seharusnya langkah ke depan MUI mengupayakan pencerahan dan mengurangi radikalisasi untuk mengembangkan paham Islam yang rahmatan li’alamin. Apalagi banyak kelompok-kelompok yang memiliki paham serupa dengan ISIS yang sudah lama berada di Indonesia. Jadi, sebenarnya MUI tidak hanya mengeluarkan fatwa tapi juga menindak kelompok serupa yang berkembang di Indonesia.
Yang perlu diperhatikan lagi adalah berkembangnya situs-situs website yang menebarkan kebencian terhadap keragaman dan paham yang berbeda dengan mereka. MUI harus memberikan rekomendasi kepada pemerintah terkait dengan website penebar kebencian tersebut. Jadi banyak pekerjaan rumah untuk MUI dari sekedar hanya menetapkan fatwa saja.
Menurut saya, untuk menjadikan sikap MUI sebagai tindakan itu harus melibatkan negara dan kementerian agama. Kementerian agama karena mereka punya salah satu dinas yaitu direktorat bimbingan Islam yang mempunyai jaringan sangat luas di Indonesia dan mempunyai pegawai-pegawai yang bisa melakukan penyuluhan yang proaktif kepada umat secara menyeluruh dan menkominfo (Menteri komunikasi dan informatika) harus menjadi garda terdepan dalam memberi informasi yang benar terhadap apa yang saya sebut sebagai radikalisasi Pancasila karena paham-paham ISIS itu hanya bisa diantisipasi dengan pemahaman yang baik terhadap Pancasila.
Satuharapan.com: apa saran Anda kepada pemerintah kini dan Jokowi-JK terhadap ISIS
Zuhairi Misrawi: SBY kini berada di masa penghujung kekuasaannya yang kita tahu bahwa dia memiliki rapor merah dalam merawat pluralism di Indonesia. Supaya dia dikenang dengan sangat baik oleh kita semua mka dia harus menegakkan hukum bagi mereka yang sudah diindikasi terlibat dalam ISIS ini. Yang kedua adalah dia harus menggunakan seluruh perangkat kepemerintahan bekerja keras memberikan informasi yang terkait dengan ISIS karena kelompok ini melanggar konstitusi dan mengganggu ketentraman masyarakat Indonesia.
Pemerintah yang akan datang juga mempunyai tugas yang berat. Oleh karena itu harus ada program khusus untuk anak muda terkait dengan radikalisasi Pancasila. Joko Widodo-Jusuf Kalla telah memiliki agenda untuk mengurangi radikalisasi terhadap kelompok yang semula muncul dari kelompok kecil. Mereka ini akan dibina, diajak dialog dan diberikan pemahaman. Saya kira pemerintah bisa bekerja sama dengan ormas Islam seperti NU dan Muhammadiyah dan memberikan penyuluhan di kampus-kampus hingga ke tingkat desa.
Pemerintahan Jokowi-JK juga harus melakukan penelitian yang bersifat komperehensif terhadap kelompok radikal ini.
Editor : Bayu Probo
Puluhan Anak Muda Musisi Bali Kolaborasi Drum Kolosal
DENPASAR, SATUHARAPAN.COM - Puluhan anak muda mulai dari usia 12 tahun bersama musisi senior Bali be...